Sabtu 05 Aug 2023 05:56 WIB

Bagaimana Islam Membimbing Muslim Membatasi Ketergantungan Pada Dunia?

Kata-kata dunia memiliki beberapa makna.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Bagaimana Islam Membimbing Muslim Membatasi Ketergantungan Pada Dunia?. Foto: Pelit dan mabuk harta (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Bagaimana Islam Membimbing Muslim Membatasi Ketergantungan Pada Dunia?. Foto: Pelit dan mabuk harta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kekuasaan, jabatan, harta dan segala hal bernilai duniawi terkadang memang menggiurkan untuk diraih. Dengan memiliki segalanya, seseorang akan merasa jika ia adalah orang paling penting dan paling dihormati, serta tidak ada yang lain yang mampu mengalahkannya.

Kata-kata dunia atau dunya, memiliki berbagai makna. Tapi secara umum, duniawi berarti sementara dan berbeda dengan dunia spiritual yang abadi di akhirat. Secara harfiah, kata dunya berarti ‘lebih dekat,’ atau ‘lebih rendah'.

Baca Juga

Theresa Corbin, seorang penulis Amerika, menyebut dalam bahasa sehari-hari, dunya adalah urusan atau kepemilikan duniawi. Sebagai manusia, tidak bisa diingkari jika kita memang mencintai dunya dan tidak ada masalah dengan itu.

"Namun, masalah muncul ketika kita menjadikan dunia sebagai tujuan dan bukan alat untuk mencapai tujuan akhir. Dunia adalah tempat di mana kita berada untuk sementara waktu. Semua yang ada di dunia harus digunakan atau dihindari, dengan tujuan akhir untuk menyenangkan hati Allah SWT," kata dia dikutip di About Islam, Jumat (4/8/2023).

Tujuan hidup di dunia bukanlah menjadi kaya, paling kuat, atau senyaman mungkin dalam hidup. Hidup hanyalah sarana menuju akhirat, serta apa pun yang kita lakukan akan menentukan posisi kita di sisi Allah SWT.

Dalam QS Al-A'la ayat 16-17, Allah SWT berfirman, "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."

Ketika manusia mulai mengejar dunia demi dunia, alih-alih menggunakannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang sebenarnya, saat itulah prioritas tercampur aduk. Parahnya, manusia pun mulai menderita penyakit rohani yang serius.

Nabi Muhammad SAW pernah berdiri di depan para sahabat dan berkata: "Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur." (HR Muslim dan al-Bukhari)

Corbin menyebut, baik anak-anak maupun orang dewasa, semua bisa tergiur dengan dunia. Bedanya adalah nafsu dan pengendalian diri yang ada di setiap individu.

"Ketika kita mulai menginginkan 'mainan' terbaru, terhebat dan menjadi terobsesi dengannya, lalu merasa kita tidak bisa hidup tanpanya, maka cobalah cari mereka yang kondisinya 'kurang' dari kita," ucap dia.

Dalam HR Muslim, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu."

Selanjutnya, wanita yang masuk Islam pada 2001 ini menyebut ada cara yang bisa dilakukan ketika seseorang mulai merasakan dorongan bersaing dalam hal kekayaan materi atau harta benda, atau apa pun yang tidak akan membantu di akhirat.

Salah satunya adalah dengan mengganti persaingan itu dengan persaingan dalam amal saleh, serta memperoleh ilmu agama. Hal-hal yang menyangkut ibadah ini disebut akan membantu seseorang membangun rumah-rumah dan taman-taman di akhirat.

Rasulullah SAW disebut pernah menerima pertanyaan terkait QS Al Mu'minun ayat 60. Dalam ayat tersebut disampaikan, "dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya."

Banyak yang mengira surat ini mengacu kepada orang-orang yang melakukan dosa. Nabi pun menjawab, "Tidak. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah karena takut (amal-amal tersebut) tidak diterima (oleh Allah). Mereka adalah orang-orang yang bersaing satu sama lain dalam kebaikan." (Ibn Majah)

"Kuncinya adalah memahami bahwa Allah tidak menyangkal dorongan hati kita. Dia mendorong kita untuk mengarahkan kata hati ke sesuatu yang lebih baik," ujar Corbin.

Terakhir, ia mengingatkan Muslim pada QS Al-Qur'an ayat 162, yang berbunyi, "Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam." 

Sumber:

https://aboutislam.net/spirituality/how-to-control-our-love-for-this-dunya/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement