Senin 24 Jul 2023 19:56 WIB

Amalan Sunnah di Bulan Muharram

Ada sejumlah amalan sunnah yang bisa dilakukan di bulan Muharram.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Bulan Muharram (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Bulan Muharram (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awal tahun Hijriyah, tepatnya di bulan Muharram, terdapat beberapa amalan sunnah yang dapat dikerjakan kaum Muslimin. Di antara amalan yang dapat dilakukan kaum muslim yakni puasa, memperbanyak amalan saleh, dan bertobat.

Dikutip dari buku Misteri BulanAsyuro Antara Mitos dan Fakta karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa, bulan Muharram merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimistis.

Baca Juga

Abu Utsman an-Nahdi Rahimahullah mengatakan:

“Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari 10 hari yang utama: 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama bulan Muharram”. (Lathoiful Ma’arif)

1. Puasa

Salah satu amala sunnah yang dianjurkan pada bulan ini yakni berpuasa. Inilah ibadah khusus yang ada dalilnya secara khusus. Adapun riwayat-riwayat lain yang menyebutkan ritual-ritual khusus selain puasa maka tidak ada yang sahih.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

“Di hari ‘Asyura (10 Muharram) tidak ada amalan yang disyariatkan khusus kecuali puasa. Adapun riwayat yang menyebutkan tentang keutamaan bercelak, menyemir, mandi, sholat khusus, membahagiakan keluarga, maka hadits-haditsnya palsu dan didustakan kepada Nabi menurut ulama ahli hadits, sekalipun tersebar di kalangan manusia” (Ar Raddu ‘Ala Asy Syadzili).

Rasulullah ﷺ bersabda:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram (HR Muslim).

Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhal setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Maksud puasa di sini adalah puasa secara mutlak. Maka hendaknya kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, lebih utamanya ketika hari Asyura. Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari bulan Muharram, karena Rasulullah ﷺ tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan (HR Bukhari dan Muslim).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata:

“Ini adalah puasa yang paling afdhal bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdhal adalah puasa Dawud.”

2. Memperbanyak amalan saleh

Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan balasan yang besar (al-Mauizhoh al-Hasanah Bima Yuhthobu Fi Syuhur as-Sanah).

Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya (at-Tamhid).

3. Tobat

Tobat adalah kembali kepada Allah ﷻ dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Taubat adalah tugas seumur hidup (Hady ar-Ruuh Ila Ahkam at-Taubah an-Nasuh).

Maka kewajiban bagi seorang Muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertobat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah ﷻ, karena dosa-dosa itulah yang memberatkan langkah kita dalam beribadah kepada Allah di bulan mulia (Majmu Fatawa).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement