Rabu 28 Jun 2023 17:50 WIB

Pengamat: Undangan Haji Nggak Ada Urusannya dengan Elektabiilitas Ganjar dan Anies

Warganet meributkan Anies atau Ganjar yang mendapatkan undangan haji dari Raja Saudi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Anies dan Ganjar di sela-sela ibadah haji.
Foto: Twitter tangkapan layar
Anies dan Ganjar di sela-sela ibadah haji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menyayangkan kegaduhan warganet terkait siapa di antara bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang lebih khusus diundang haji oleh Kerajaaan Arab Saudi. Adi menilai semestinya ibadah haji yang dilakukan kedua tokoh ini tidak dihubung-hubungkan dengan urusan politik.

"Memangnya kenapa kalau diundang haji oleh Pemerintah Saudi? Nggak ada hubungannya dengan politik, nggak ada hubungannya dengan elektabilitas. Hentikan keributan soal siapa yang paling diundang oleh kerajaan dalam melaksanakan haji. Mari kita apresiasi Anies dan Ganjar sebagai orang yang punya kesempatan untuk ibadah haji, itu saja," kata Adi dalam keterangannya, Rabu (28/6/2023).

Baca Juga

Direktur Eksekutif lembaga survei Parameter Politik Indonesia ini menduga pihak yang sengaja meributkan undangan haji khusus ini untuk mempersonifikasi masing-masing calon. Jika Anies yang diundang haji khusus maka dihubungkan dengan pergaulan internasional mantan Gubernur DKI tersebut yang lebih luas dibandingkan Ganjar.

Begitu juga Ganjar, jika diklaim mendapat undangan haji dari Raja Saudi pun dinilai memiliki pergaulan internasional sama sejajarnya dengan Anies.

"Anies akan dipersonifikasi sebagai sosok yang punya penetrasi dan penerimaan yang cukup bagus dengan pemerintahan Arab Saudi. Begitupun dengan Ganjar Pranowo, kalau dia lebih diundang Kerajaan Arab Saudi ikut haji maka akan dipersonifikasi sebagai sosok yang pergaulan internasionalnya jauh lebih prima dan seterusnya dan seterusnya," ujarnya.

Adi pun mengingatkan para elite hingga masyarakat untuk tidak mengulang hal-hal negatif pada Pemilu 2019 lalu dibawa pada Pemilu 2024. Khususnya berkaitan dengan isu-isu berbau Suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

"Jadi jangan diulang peristiwa Pemilu 2019 berebut siapa yang paling alim, berebut siapa yang paling soleh dan berebut siapa yang paling dekat agamanya. Ini murni urusan ibadah haji, sudah titik selesai. Soal memenangkan pemilu itu ya soal kerja politik, soal sosialisasi dan soal kampanye," ujarnya.

Adi juga mengajak masyarakat para pendukung maupun relawan lebih arif dan bijak dalam menyampaikan pendapatnya, terutama tidak mengaitkan semua hal dengan berbau politis. Selain itu, dia juga meminta agar pilihan politik tidak membuat keterbelahan di masyarakat.

Menurut Adi, foto kebersamaan Anies dan Ganjar di sela menunaikan ibadah haji juga menunjukkan keduanya bersahabat dan tidak memiliki persoalan politik.

"Mestinya kemesraan kemesraan ini ditunjukkan bahwa beda-beda pilihan ya nggak apa-apa, foto bersama juga nggak apa-apa, bagus untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa pada level kontestan pada level yang maju Pilpres mereka saja akur maka pemilihnya harus juga akur," ujarnya.

Jagad lini masa twitter sejak dua hari terakhir heboh dengan ribut-ribut mengenai ibadah haji yang dilakukan Anies Baswedan berasal dari undangan Raja Salman. Tak berhenti sampai disitu, warganet juga kemudian riuh dengan foto Anies dan Ganjar yang menyempatkan bertemu di sela-sela ibadah haji, sebagaimana tergambar dalam foto yang diunggah politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.

Akan tetapi, foto ini diunggah kembali oleh akun media sosial PDIP dengan menghilangkan wajah Anies Baswedan dan istri. Sontak. hal ini membuat reaksi pro-kontra warganet dengan memenuhi kolom reply dan komentar di akun partai moncong putih tersebut.

 

photo
9 Cawapres Anies Usulan Demokrat - (Infografis Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement