Senin 26 Jun 2023 22:34 WIB

Dalil Ibadah Kurban

Berkurban merupakan ibadah yang disyariatkan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Kurban sangat penting untuk menjadi syiar Islam di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Kurban sangat penting untuk menjadi syiar Islam di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berkurban merupakan ibadah yang disyariatkan, berdasarkan dalil dari Alquran, hadits dan kesepakatan ulama atau Ijma.

Dikutip dari Fikih Praktis Ibadah Kurban oleh Abu Aniisah Syahrul Fatwa, berikut perinciannya :

Baca Juga

1. Dalil dari Alquran

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. Al-An\'am ayat 162-163)

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). (QS. Al-Kautsar ayat dua)

Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah rahimahullah mengatakan: “Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini, yaitu shalat dan berkurban, yang keduanya menunjukkan pendekatan diri kepada Allah, sikap tunduk, merasa butuh dan husnuzhan kepada-Nya, kekuatan hati dan ketenangan kepada Allah terhadap janjinya. Berbeda jauh dengan keadaan orang yang sombong lagi kaya yang tidak merasa butuh dalam ibadah shalat mereka kepada Allah, yang mereka tidak menyembelih karena takut miskin".

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ lوَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ

Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (QS. Al-Hajj ayat 34)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah mengabarkan bahwa menyembelih kurban dengan menyebut nama Allah tetap disyariatkan pada seluruh agama”.

2. Dalil dari Hadits

Adapun dalil tentang anjuran berkurban dari hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam maka telah tetap melalui ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau. Yaitu;

Nabi ﷺ bersabda:

من ذبح بعد الصلاة فقد تم نسكه وأصاب سنة المسلمين

Barangsiapa yang menyembelih setelah shalat sungguh telah sempurna penyembelihannya, dia telah mencocoki sunnah kaum muslimin. (HR. Bukhari dan Muslim)

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: “Nabi ﷺ menyembelih dua ekor kambing yang bertanduk dan gemuk, beliau membaca basmallah dan bertakbir”.

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma mengatakan: “Nabi ﷺ tinggal di Madinah sepuluh tahun dan beliau selalu berkurban”.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan Udhiyyah (kurban)”.

3. Ijma Ulama

Adapun kesepakatan ulama sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qudamah rahimahullah “Kaum muslimin telah sepakat tentang disyariatkannya berkurban”.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Tidak ada perselisihan bahwa berkurban termasuk syi’ar agama islam".

Di samping itu, salah satu hikmah berkurban yakni mencontoh bapak kita Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Nabi Ibrahim Alaihissalam diperintah Allah agar menyembelih anaknya. Ibrahim meyakini kebenaran mimpinya dan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya sendiri. Namun, pada akhirnya Allah Azza wa Jalla menggantikannya dengan sembelihan yang besar.

Untaian yang penuh dengan pelajaran ini termaktub dalam firman Allah Azza wa Jalla yang berbunyi;

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya)nyatalah kesabaran keduanya). dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. as-Shaffaat ayat 102-107)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement