Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Diingatkan kita oleh Allah Ta’ala melalui QS. Al-Anfal: 25 di atas. Berhati-hatilah dan takutlah akan siksaan, malapetaka, azab, fitnah yang pasti akan menimpa suatu kaum, yang dampaknya bukan kepada mereka saja yang berdosa, namun juga mereka yang tak berdosa.
Marilah kembali kepada Al-Quran dan sunnah Nabi kita Muhammad Saw. dengan berupaya meninggalkan segala hal yang dapat mendatangkan murka Allah SwT. Ushikum wa Nafsi.
Ingatlah, bahwa Tuhan selain memiliki sifat yang Maha Kasih, Maha Penyayang tapi juga punya sifat Al Aziz, Al Qohhar, Yang Maha Perkasa. Huwal Jabbar, Yang Maha Kuasa, Huwal Khofidh Huwal Mudzill Yang Maha mampu merendahkan dan menghinakan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Tentu kita bersyukur, Allah Yang Maha Adil sudah menentukan qadha dan qadhar-Nya. Bahwa setiap musibah yang terjadi atas diri setiap orang beriman adalah Rahmat. Sebab, jika dia mampu bersabar maka itu adalah kebaikan. Jika nikmat yang ia terima, lalu bersyukur itupun kebaikan. Maka semua hal adalah kebaikan semata.
Kami tidak mengatakan bahwa setiap musibah adalah murni karena dosa manusia, atau karena azab dan sebagainya. Di luar sana, bencana yang melanda justru dapat dipelajari, dimitigasi dan diantisipasi sehingga dampaknya tidak meluas. Kemungkinan adanya korban pun dapat dicegah. Namun kita juga perlu waspada dengan bencana yang muncul disebabkan ulah tangan manusia sendiri, bukankah Allah telah tegas berfirman:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41)
Kita yakin setiap kita akan menemui ajal, dan sungguh indah akhir hayat seorang mukmin, ia sambut dengan tenang, diberikan salam oleh Malaikat, lisannya tak henti mengucap dzikir, wajahnya teduh penuh senyum, meski rasa sakit saat sakaratul maut begitu dahsyat, namun kabar gembira yang datang setelahnya dapat melupakan apa yang pernah dilalui.
Di alam kubur ia akan ditemani amal shalih yang pernah ia lakukan, menjadi sosok yang rupawan, wangi semerbak membersamai hingga hari kebangkitan. Apalagi saat ia mampu beramal jariyah, melalui ilmu yang telah diajarkan, melalui anak-anaknya yang shalih yang terus mendoakan, melalui sedekah yang manfaatnya terus dinikmati oleh mereka yang ditinggalkan. Masyaallah, Robbanaa watawaffana ma’al abror.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ