Sabtu 11 Mar 2023 16:30 WIB

Makna Mendalam dari Kasih Sayang Allah

Allah Maha Pengasih dan Pemurah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Makna Mendalam dari Kasih Sayang Allah. Foto:  Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi)
Foto: republika
Makna Mendalam dari Kasih Sayang Allah. Foto: Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Dewan Pengawas International Union for Muslim Scholars Salman Al-Ouda menjelaskan tentang makna salah satu nama Allah, yakni Al-Barr yang bermakna Yang Maha Pengasih.

Dilansir di About Islam, Sabtu (11/3/2023), Al-Ouda yang juga merupakan Direktur situs web Islam Today edisi bahasa Arab yang juga kerap muncul di sejumlah acara TV dan menulis artikel surat kabar ini menjelaskan, makna Al-Barr.

Baca Juga

Nama Al-Barr ini terkait erat dengan kata Arab untuk kesalehan, birr (dengan huruf i). Itu mengacu pada setiap bentuk amal, kemurahan hati, dan kebaikan yang dapat dilakukan sebagai manusia. Namun, nama Al-Barr (dengan a bukan i), adalah nama Allah. Ini menyampaikan makna bahwa segala sesuatu yang ada mendapat manfaat dari kemurahan hati dan kebaikan Allah.

"Sungguh, Allah Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, membalas kebaikan kita yang terkecil sekalipun dengan pahala sepuluh kali lipat. Dia tidak pernah menghukum kesalahan dengan sesuatu yang lebih dari kebaikannya, dan lebih sering Allah justru memaafkannya," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa Allah adalah Pemberi Kebaikan. Karena Allah adalah Maha Pengasih, kata dia, maka kemurahan hati adalah salah satu sifat-sifat-Nya, maka Dia mencintai seluruh makhluk-Nya untuk berbuat baik satu sama lain. Adapun hubungan antara kata Arab untuk kebajikan dan kesalehan, dia menjelaskan bahwa hal ini memang menunjukkan hubungan yang asli dan erat antara sifat kebajikan dan kesalehan.

Kebaikan dalam Islam

Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian besar dari apa yang merupakan ketaatan manusia kepada Allah berupa tindakan kebaikan kepada orang lain, seperti kewajiban untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat, dan semua orang yang berhubungan dengan manusia satu sama lain.

"Semua jenis perbuatan baik membawa kita lebih dekat kepada Allah, tetapi ini terutama berlaku untuk tindakan kebaikan kita kepada orang lain. Hal ini tidak hanya berlaku untuk manusia, tetapi untuk semua makhluk makhluk lainnya. Kebaikan ini bisa datang dalam bentuk perilaku pribadi kita, pembagian kekayaan kita, memberikan bantuan dengan kemampuan dan pengaruh kita, atau berdoa kepada Allah atas nama mereka," ujarnya.

Untuk itu dia menekankan pentingnya memperhatikan orang-orang yang kehilangan haknya, para janda dan yatim piatu, dan orang miskin. Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Ada seorang pedagang yang biasa memberikan kredit kepada orang-orang. Jika dia menemukan salah satu pelanggannya dalam keadaan lurus, dia akan berkata kepada asistennya: "Maafkan mereka utang mereka, mungkin Allah akan mengampuni kita," dan Allah memang memaafkannya,". (Sahih al-Bukhari 2078. Sahih Muslim 1562).

Selain itu, Allah menjadikan kejujuran sebagai tanda takwa, dan takwa sebagai jalan menuju surga. Dia telah membuat hati orang-orang yang jujur ​​peka terhadap apa yang baik dan apa yang murah hati, sehingga hati itu sendiri menjadi pedoman untuk apa yang Allah inginkan dari kita.

Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad mengatakan, "Ketakwaan adalah hal yang membuat hati nyaman, sedangkan dosa adalah hal yang menggelisahkan hati dan membuatnya bimbang, meskipun orang mengatakan itu baik-baik saja," (Musnad Ahmad 18035; dan Sunan al-Darimi 2523).

Dia menjelaskan bahwa hati yang suci dan jujur ​​itu seperti cermin, hanya saja yang dipantulkannya adalah kebenaran melalui cahaya ilmu dan pemahaman. Adapun hati yang rusak, sebaliknya, tidak mendapat apa-apa dari nasehat atau petunjuk yang baik, karena tidak mau menerima. Allah mencintai hati yang baik hati. Dan demikian pula Dia menyukai perbuatan-perbuatan saleh yang diilhami oleh hati yang demikian untuk dilakukan oleh pemiliknya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement