Senin 06 Mar 2023 05:05 WIB

Pesan Rasulullah: Pentingnya Memuliakan Tetangga

Rasulullah menyampaikan kepada umatnya tidak menyakiti tetangga.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Pesan Rasulullah: Pentingnya Memuliakan Tetangga
Foto: Republika.co.id
Pesan Rasulullah: Pentingnya Memuliakan Tetangga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW menyampaikan kepada umatnya agar senantiasa memuliakan tetangga dan tidak menyakitinya.

Dikutip dari buku Hadits Arbain An-Nawawi, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Baca Juga

عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أن رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

”Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kandungan hadits mengenai cara memuliakan tetangga

1. Wajib memuliakan tetangga dengan cara tidak mengganggunya dan berbuat baik kepadanya. Barangsiapa yang mengganggu tetangganya, maka ia bukan orang yang beriman, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، قَالُوا: مَنْ يا رسولَ اللَّهِ؟ قَالَ: من لا يأْمنُ جارُهُ بَوَائِقَهُ

"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukannya."

2. Wajib memuliakan tamu, berdasarkan sabda Nabi SAW,

كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya). Di antara memuliakannya, ialah menjamunya dengan baik. Kewajiban menjamu tamu adalah sehari semalam, dan selebihnya adalah sunnah. Tidak sepatutnya bagi tamu untuk berlama-lama di tempat tuan rumah, tetapi ia tinggal sesuai keperluan. Jika lebih dari tiga hari, hendaklah ia meminta izin kepada orang yang ditamuinya sehingga tidak membebaninya.

3. Islam memperhatikan tetangga dan tamu. Ini menunjukkan kesempurnaan Islam, dan bahwa Islam mencakup pelaksanaan hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hak manusia.

4. Sah menafikan keimanan karena ketidaksempurnaannya, berdasarkan sabda beliau,

مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir). Menafikan iman itu terbagi menjadi dua macam:

Pertama, nafi mutlaq (menafikan secara mutlak), yang dengannya seseorang menjadi kafir, keluar dari agama. Kedua, mutlaq nafi (menafikan secara parsial), yang dengannya manusia menjadi "kafir" dalam masalah yang dilalaikannya ini, tetapi ia masih memiliki pokok keimanan. Inilah yang dipegang oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwa pada diri manusia kadangkala berhimpun sifat-sifat iman dan sifat-sifat kufur.

photo
Infografis larangan menyakiti tetangga - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement