REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Dalam sebuah hadits Nabi Muhamamd yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: "أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ" .
Dari Ibnu Umar berkata: dahulu aku sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datanglah kepada beliau seorang lelaki dari kaum Anshar, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya:
Wahai Rasulullah, siapakah di antara orang-orang beriman yang paling utama? Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya.
Lalu lelaki itu bertanya lagi : Siapakah di antara orang-orang beriman yang paling cerdas?
Beliau menjawab: yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya menyambut kematian, mereka itulah orang-orang yang cerdas.
Syekh Majdi Muhammad Asy-Syahawi dalam bukunya yang berjudul Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah mengatakan, mengingat kematian bisa menghilangkan perasaaan nyaman terhadap dunia yang fana ini. Dan, mendorong jiwa untuk setiap saat fokus menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal.