REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap 14 Februari sebagian orang merayakan hari Valentine atau yang disebut hari kasih sayang. Namun bagaimanakah sejarah perayaan hari tersebut?
Dikutip dari buku Fiqih Kontemporer karya Abu Ubaidah Yusuf ibn Mukhtar as-Sidawi, Ribuan literatur yang berupaya menggali sejarah awal Hari Valentine masih berbeda pendapat.
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Valentine ini, dan yang paling populer adalah kisah dari Valentinus yang diyakini hidup pada masa Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M.
Namun, kisah ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau menilik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (penyembahan dewa-dewi) Romawi Kuno.
Waktu itu, ada sebuah perayaan yang dikenal dengan nama Lupercalia. Di dalamnya terdapat rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13–18 Februari). Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta ‘Juno Februata’.
Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu, setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan objek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama paus atau pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantinus dan Paus Gregorius I. Kemudian agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari.
Tentang siapakah sesungguhnya St Valentine sendiri? Seperti telah disinggung di atas, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurang-kurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari.
Di antaranya disebutkan dalam kisah yang menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah.
Tindakan kaisar itu diam-diam mendapatkan tantangan dari St. Valentine dan ia secara diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M. Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Hari Valentine berakar dari upacara keagamaan ritual Romawi Kuno untuk menyembah dewa mereka yang dilakukan dengan penuh kesyirikan
2. Upacara yang biasa dilaksanakan pada tanggal 15 Februari tersebut, pada tahun 496 M oleh Paus Gelasius I diganti dengan 14 Februari
Baca juga: Sujud Syukur dan Kekalahan Pertama yang Tewaskan Puluhan Ribu Tentara Mongol di Ain Jalut
3. Agar masyarakat dunia menerima, maka hari itu disebarluaskan dengan dalih ‘hari kasih sayang’ yang kini telah tersebar di berbagai negeri, termasuk negeri-negeri Islam
Ungkapan, 'Valentine itu hari untuk menyebarkan kasih sayang dan cinta.' Benarkah demikian?
Bukankah dengan demikian seolah-olah Islam tidak mengenal cinta kasih, padahal dalam Islam ajaran cinta kasih memiliki kedudukan tersendiri dengan skala prioritas sebagaimana tercantum dalam ayat Alquran sebagai berikut:
Pertama, QS Al Baqarah ayat 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”