Kedua, surat An Najm ayat 13-18.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ.عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ.إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ.مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ.لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
“Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu ketika) di Sidratulmuntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.
Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak menyimpang dan tidak melampaui (apa yang dilihatnya). Sungguh, dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang sangat besar.”
Penjelasan mengenai ayat diatas menurut Tafsir Ibnu Katsir bahwa bahwa Nabi Muhammad SAW telah melihat Jibril dalam rupa aslinya sebanyak dua kali. Ini terjadi yang kedua kalinya bagi Rasulullah SAW saat melihat Jibril 'alaihissalam dalam rupa aslinya seperti yang diciptakan Allah SWT dan hal itu terjadi di malam Isra.
Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW
Bahwa Sidratul Muntaha itu diliputi para malaikat seperti halnya burung-burung gagak (yang menghinggapi sebuah pohon), dan Sidratul Muntaha diliputi nur Tuhan Yang Mahaagung, diliputi pula oleh beraneka warna yang hakikatnya tidak aku ketahui. Dahan-dahan Sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka Muhammad SAW melihatnya dan melihat Tuhannya dengan mata hatinya.
Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa pandangan mata Nabi SAW tidak ditolehkan ke arah kanan dan tidak pula ke arah kiri. Yakni melampaui dari apa yang diperintahkan kepadanya, ini merupakan sifat yang agung yang menggambarkan keteguhan hati dan ketaatan, karena sesungguhnya Nabi SAW tidak berbuat melainkan berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya, tidak pula pernah meminta lebih dari apa yang diberikan kepadanya, yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran.