REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang di mana Surat Al-Kautsar diturunkan. Meski demikian, ada beberapa konsensus tentang alasan turunnya wahyu tersebut.
Ada beberapa riwayat yang menyebut ayat ini berhubungan dengan situasi tertentu, yaitu antara Nabi Muhammad dan kaum musyrik. Ayat ini disebut diturunkan karena berkaitan dengan Al-'As ibn Wa'il.
Setiap kali nama Rasulullah disebutkan di hadapannya, Al-'As ibn Wa'il akan berkata, "Tinggalkan dia, karena sesungguhnya dia adalah seorang pria yang terputus dari tidak memiliki keturunan. Jadi ketika dia meninggal, dia tidak akan diingat."
Oleh karena itu, Allah SWT menurunkan surat ini. Ibn 'Abbas, Mujahid, Sa'id ibn Jubayr, dan Qatadah semuanya menceritakan kisah yang sama. 'Uqbah ibn Mu'ayt, Ka'b ibn Al-Ashraf, dan Abu Lahab juga dilaporkan mengartikulasikan ucapan serupa. Mereka, dan sayangnya banyak lainnya, digunakan untuk mencemarkan nama baik Nabi untuk mencegah orang mendengarkannya.
Setelah kematian awal putra-putra Nabi, orang-orang musyrik berpikir Nabi dan pesannya akan dilupakan setelah dia meninggal. Mereka akan terdengar mengatakan, “Jangan ganggu dia, dia akan mati tanpa keturunan dan itu akan menjadi akhir dari misinya!”
Oleh karena itu, ketika Surat Al Kautsar diturunkan, ia melakukan beberapa hal. Pertama, menenangkan hati Nabi dengan mengingatkan pada kebaikan melimpah yang Allah berikan di kehidupan sekarang dan di akhirat.
Kedua, surat ini bertujuan meyakinkan Nabi Muhammad tentang kehilangan dan nasib yang menunggu orang-orang musyrik. Dan terakhir, surat tersebut bermakna untuk membimbing Nabi, tentang bagaimana dia harus bertindak ketika menghadapi ejekan.