Jumat 05 Aug 2022 05:15 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Mendalami Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim

Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim seharusnya mendorong kita lebih bersyukur.

Jamaah melaksanakan ibadah Sholat Jumat di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung. Naskah Khutbah Jumat: Mendalami Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
Foto:

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Ada dua nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang begitu dominan. Kedua nama Allah yang dimaksud adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim.Salah satu bukti bagaimana nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim itu begitu dominan terwujud dalam surat Al-Fatihah ayat pertama:

 بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (QS. Al-Fatihah: 1)

Apalagi  dalam ajaran Islam lafadz basmalah itu didorong untuk digunakan dalam mengawali beragam amalan kita. Tentu di dalamnya ada kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Lalu perntanyaan berikutnya, apa hikmah dari kedua nama tersebut?. Sehingga begitu dominan dalam praktek berislam kita.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Keduanya memiliki akar kata yang sama dalam bahasa arab. Sama-sama memiliki akar yang sama dengan kata Rahmat yang berarti kasih sayang.

Untuk itu, Quraish Shihab dalam bukunya Al-Asma Al-Husna: Mengenal Nama-Nama Allah lebih menjelaskan bahwa dua kata yang seakar, bila berbeda timbangan, pasti mempunyai perbedaan makna. Kata Ar-Rahman memiliki timbangan kata Fa’laan (فَعْلًا) dan biasanya menunjukan kesempurnaan dan kesementaraan. Sedangkan Ar-Rahim memiliki timbangan kata Fa’iil (فَعِيل) yang biasanya menunjukan kesinambungan dan kemantapan.

Oleh karena itu, kata Rahman dipahami Muhammad Abduh sebagai Rahmat Tuhan yang sempurna tapi bersifat sementara dan dicurahkan kepada seluruh makhluk. Berarti Ar-Rahman itu bermakan tentang Rahmat Allah yang menaungi seluruh makhluknya, tanpa memandang mukmin ataupun kafir. Sedangkan sifatnya tidak langgeng atau hanya sementara di dunia.

Sedangkan Ar-Rahim patronnya adalah kemantapan dan kesinambungan, maka ia menunjukan kepada sifat dzat Allah yang memberikan kemantapan nikmatnya yang berkesinambungan. Hanya saja, kemanatapan dan kesinambungan nikmat-Nya hanya dapat wujud diakhirat kelak. Di sisi lain, rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang yang taat dan bertakwa.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement