Sabtu 23 Jul 2022 06:22 WIB

 Titik Berangkat Peradaban

Mempelajari bagaimana sebuah peradaban Islam dimulai, bacalah surah al-Baqarah.

 Ilustrasi Alquran
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Diasuh oleh: Ustaz Dr Amir Faishol Fath, Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional dan CEO Fath Institute

Mengapa surah al-Baqarah diletakkan pada urutan kedua setelah surah al-Fatihah dalam susunan mushaf? Jawabannya karena surah inilah yang mengawal terbentuknya masyarakat Madinah setelah perjalanan hijrah Rasulullah SAW bersama sahabat- sahabatnya dari Kota Makkah.

Baca Juga

Selama sembilan tahun surah ini diturunkan secara berangsur- angsur, di sepanjang fase Madinah.Karena itu, bagi siapa yang ingin mempelajari bagaimana sebuah peradaban Islam dimulai, bacalah surah al-Baqarah.

Pertama-tama masyarakat Madinah dipandu agar menjadi masyarakat yang independen dalam segala dimensinya. Tidak boleh mengekor kepada masyara kat lain yang sudah ada di sekitar Madinah, terutama masyarakat Yahudi yang kurang senang dengan hadirnya umat Islam di Madinah. Orang Yahudi suka menghina umat Islam, seperti mengucapkan kata raa'inaa (perhatikan kami) dengan maksud menghina dari kata raa'unnah.

 

Ketika ada sebagian orang Islam yang mengikuti ucapan tersebut, Allah SWT langsung menegurnya, Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa taquuluu raa'inaa wa quulun zhurnaa (wahai orang- orang beriman janganlah kamu mengatakan raa'inaa tetapi katakanlah unzhurna (perhatikan kami). (QS al-Baqarah: 104).

Perintah pindah kiblat juga termasuk sikap independensi.Sebab, orang-orang Yahudi sudah lama menuduh umat Islam ikut-ikutan mereka karena kiblatnya sama ke Masjidil Aqsha, padahal bagi umat Islam itu perintah Allah.

Maka, Allah menjelaskan, Syaqulussufahaau minan naasi maa wallahum `anqiblatihimullati kaanuu alaihaa(Orang-orang bodoh dari kalangan Yahudi akan mengatakan: apa yang membuat mu, orang Islam pindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Ka'bah), (QS al-Baqarah:142). Namun, indepen densi yang dimaksud adalah inde pendensi yang moderat, bukan ekstrem.

Contohnya ketika umat Islam diperintahkan melaksanakan sai, pada awalnya mereka enggan, karena sebelumnya mereka tahu bahwa orang-orang kafir Makkah telah melakukan sai tersebut pada zaman jahiliyah untuk memuliakan patung Isaf yang ditancapkan di Bukit Shafa dan patung Nailah yang ditancapkan di Bukit Marwa.

Namun, bagi Allah sai tersebut mengagungkan syiar-Nya, maka itu menjadi bukti ketakwaan, Wa may yuahzhzim syaaairallah fainnahaa min taqwal quluub. (QS al-Hajj:32). Jadi, bagi orang beriman tidak apa-apa melakukannya, karena konteksnya berbeda dari sainya orang kafir, Innash shafaa wal marwata min syaairillah, faman hajjal baita aw'tamara falaa junaaha alaihi ay yaththawwafa bihimaa. (QS al-Baqarah: 158).

Sejak awal umat Islam telah dikawal agar menjadi umat yang moderat. Inilah ciri yang paling kuat dari peradaban Islam. Bahwa segala bentuk sikap ekstrem, baik kanan maupun kiri, tidak sejalan dengan agama ini. Allah menegaskan, Wa kadzaalika ja'alnaakum ummatan wasatha (Demikianlah Kami telah menjadikan kamu sebagai umat yang moderat). (QS al-Baqarah:143).

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement