REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mencintai sodara Muslim karena Allah merupakan bagian dari syariat. Mencintai seorang Muslim karena Allah SWT merupakan bagian dari iman.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Dr Musthafa Dieb al-Bugha Syekh Muhyiddin Mitsu dalam kitabnya Al Wafi Syarah Hadits Arba'in Imam an-Nawawi, hadits ini diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Kitab Iman, bab di antara tanda iman adalah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya nomor 13, dan Muslim meriwayatkan dalam kitab Iman, bab ciri-ciri orang yang beriman adalah mencintai kebaikan saudaranya sebagaimana mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri, nomor 45.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah Muslim, Imam Abu Muhammad bin Abi Zaid berkata, Imam Maliki di Maghrib pada zamannya berkata bahwa seluruh akhlak yang baik bermuara kepada empat hadits sebagai berikut:
Pertama
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam.”
Kedua
مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالا يَعْنِيهِ
“Merupakan baiknya keislaman seorang Muslim adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat.”
Ketiga
Wasiat Rasulullah kepada seorang sahabat: لاتغضب “Jangan marah!”
Keempat
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.”
"Mungkin inilah alasannya, mengapa Imam An-Nawawi mencantumkan hadits ini dalam kumpulan hadits arba'in-nya," katanya.