REPUBLIKA.CO.ID,-- عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: "أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ: أَرَأَيْت إذَا صَلَّيْت الْمَكْتُوبَاتِ، وَصُمْت رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْت الْحَلَالَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا؛ أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ". رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Abu Abdillah Jarir Al-Anshari RA menerangkan, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Bagaimana pendapatmu jika aku telah mengerjakan sholat maktubah (sholat fardhu lima waktu), berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya dengan suatu apapun. Apakah aku bisa masuk surga?'' Rasul menjawab, ''Ya.'' (HR Muslim).
Penjelasan:
Menurut riwayat orang bertanya pada Rasulullah SAW dalam hadits tersebut adalah Nu'man bin Muqauqal Al-Khuza'i. Nu'man adalah salah seorang seorang sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar, dan meraih syahid dalam Perang Uhud.
Hadits ini terbilang singkat, namun di dalamnya terkandung makna yang sangat dalam, yaitu jalan menuju surga. Ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil dari hadits ini. Pertama, Allah SWT telah menerapkan rambu-rambu yang pasti dalam hidup berupa ketentuan yang teraplikasikan dalam konteks halal dan haram. Barangsiapa yang melanggarnya, maka ia akan tersesat dan tidak akan sampai pada tempat yang dituju.
Kedua, rambu-rambu tersebut pasti sesuai dengan kapasitas dan kemampuan manusia untuk menjalaninya. Tidak ada satupun beban yang diberikan Allah kepada manusia, entah berupa kewajiban, larangan, atau ujian, kecuali manusia sanggup memikulnya.
Dalam QS Al Baqarah ayat 286 disebutkan, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Hal ini mengandung sebuah pelajaran bahwa semua yang diperintahkan Allah, dan semua yang dilarang Allah, pasti telah disesuaikan dengan kemampuan diri, sehingga setiap kita akan sanggup melaksanakannya. Semuanya berpulang pada kesiapan hati kita, seberapa kekuatan niat dan azzam dalam hati kita untuk melaksanakan perintah tersebut.
Karena itu, Rasulullah SAW dengan mudahnya 'menjanjikan' surga kepada lelaki itu, walaupun sekadar melaksanakan hal-hal wajib yang dibebankan Allah. Asalkan ia menjalankannya dengan sebaik mungkin.
Ketiga, dalam hadits ini tercermin kecintaan dan kerinduan para terhadap surga. Lihatlah, bagaimana kecintaan dan kerinduan Nu'man terhadapnya. Ia pun berusaha untuk mengetahui jalan untuk mendapatkannya, dan menegaskan tentang amalan yang ia lakukan yang dapat mengantarkannya menuju surga.
Kerinduan terhadap surga hakikatnya memperlihatkan pula tumbuh suburnya keimanan dalam jiwa. Biasanya, kerinduan terhadap surga akan diikuti ketakutan yang sangat terhadap adzab neraka.
Keempat, surga akan didapat bila kita istiqamah dalam berbuat kebaikan. Seandainya komitmen kita telah maksimal dalam menjaga hal-hal yang wajib, maka hal itu sudah cukup memasukkan kita ke surga. Walaupun demikian, sangat ideal bila kita melengkapinya dengan ibadah-ibadah sunnah.