REPUBLIKA.CO.ID, Sejak masa Rasulullah Saw, perempuan telah berkiprah dalam berbagai bidang. Ada yang menjadi pengusaha, petani, pedagang, perawat, guru, dan berbagai sisi kehidupan lain. Bahkan, tak sedikit perempuan turut aktif dalam pertempuran, baik sebagai tenaga kesehatan, menjaga barisan perempuan dan anak-anak, maupun ikut mengangkat senjata.
Disebutlah Ar-Rubayyi binti Mu'awwidz bin Afra al-Ansyariyah, seorang perempuan Anshar dari Bani Najjar, yang turut dalam peperangan. Ia merupakan anak dari Ummu Yazid binti Qais bin Za'wa. Ia masuk Islam di Madinah saat usianya masih sangat muda.
Rubayyi masuk dalam barisan perempuan pertama yang berbaiat kepada Nabi Muhammad Saw. Peristiwa baiat ini terjadi di bawah sebatang pohon. Mereka yang berbaiat dikenal sebagai Bai'atur Ridwan.
Kisah tentang baiat ini diabadikan dalam ayat Alquran, "Sesungguhnya Allah telah meridhai orang-orang Mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu (Muhammad) di bawah sebuah pohon. Allah pun mengetahui keimanan dan ketulusan yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat serta banyak harta rampasan yang dapat mereka ambil. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS al-Fath [48]: 18-19)
Keikutsertaan ar-Rubayyi menjadikan ia begitu dekat dengan Rasulullah Saw. Ia dikenal sebagai sosok perempuan pemberani yang memiliki ghirah yang kuat. Ia maju ke medan perang bersama Rasulullah Saw dan para sahabat.
Ibnu Katsir berkata mengenai ar-Rubayyi, "Dia berangkat bersama Rasulullah Saw untuk mengikuti berbagai peperangan guna mengobati para mujahidin yang terluka dan memberi minuman bagi mereka yang kehausan, serta membawa yang luka ke Madinah."
Kedekatan Rubayyi dengan Rasulullah Saw menyebabkan ia mendapatkan kemuliaan dan kehormatan yang tinggi. Banyak sahabat dan umat menanyakan berbagai persoalan kepada Rubayyi. Dia juga sangat kental mengetahui sosok dan sifat Nabi Muhammad Saw.
Dalam salah satu riwayat, Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar berkata, "Aku pernah menanyakan kepada Rubayyi, 'Terangkan sosok Rasulullah Saw kepadaku!" Rubayyi menjawab, "Wahai anakku, jika engkau melihat Rasulullah Saw niscaya engkau melihatnya laksana matahari yang sedang terbit."
Situasi peperangan sering menuntut Rubayyi untuk terjun ke medan peperangan. Dalam kondisi genting, dia bergabung dengan pasukan berkuda yang gagah berani untuk menangkis serangan musuh.
Rupanya, sifat pemberani ini mengalir dari ayahnya yang ikut saat Perang Badar. Ia bergabung bergabung dalam tim yang membunuh Abu Jahal. Dalam suatu kesempatan, Rasulullah Saw mendoakan ayah Rubayyi, "Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal)."
Keberanian ayahnya mengalir dalam diri Rubayyi. Ia pernah menantang ibu Abu Jahal, Asma binti Makhrabah. Diriwayatkan bahwa ar-Rubayyi mengambil minyak wangi dari Asma. Perempuan itu menanyakan nasab ar-Rubayyi. Ia pun menyebutkan silsilah nasabnya.
Mendengar nama Muawwidz, Asma pun berkata, "Engkau adalah anak perempuan dari seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal)." Dengan berani Rubayyi menjawab, "Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh budaknya." Jawaban itu membuat Asma terdiam tak berani meladeni keberanian ar-Rubayyi.