Rabu 30 Apr 2025 15:55 WIB

Muasal Haji Akbar Menurut Akademisi dan Pakar Alquran: Tidak Selamanya Hari Jumat

Dia menjelaskan, haji akbar sebenarnya bukan hanya sebatas wukuf pada hari Jumat.

Jamaah dari berbagai dunia memenuhi Jabal Rahmah di Arafah, Sabtu (15/6/2024) pagi.
Foto: Republika/Muhyiddin
Jamaah dari berbagai dunia memenuhi Jabal Rahmah di Arafah, Sabtu (15/6/2024) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jamaah haji dari berbagai negara sudah mulai berdatangan ke Arab Saudi. Mereka akan menunaikan rukun Islam kelima pada 8-12 Dzulhijjah 1446 H.

Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar mengungkapkan musim haji pada tahun ini kemungkinan besar akan masuk dalam momen Haji Akbar. Dalam Haji Akbar, pelaksanaan ibadah rukun Islam ke-5 itu, jatuh pada hari Jumat.  

Baca Juga

"Tahun ini bersyukur ini adalah Haji Akbar, Insya Allah puncak haji tanggal 6 Juni berdasarkan perhitungan (pada Jumat), beraarti itu Haji akbar, itu menurut ilmu hisab," ujar Menteri Agama Nasaruddin Umar saat pelaksanaan Manasik Haji Nasional di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (19/4/2025). 

Bagaimana sebenarnya muasal istilah haji akbar ini dilakukan?Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Aswadi semasa menjadi Pelaksana Seksi Bimbingan dan Ibadah PPIH Arab Saudi 2022 menjelaskan, momentum haji akbar dikenal dalam QS At-Taubah ayat 3.

“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. “ (QS at-Taubah: 3).

Aswadi menjelaskan, ayat tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan Rasulullah SAW untuk membersihkan Masjidil Haram dari kaum musyrikin usai Fathu Makkah pada 8 Hijriyah. Setahun setelah itu, beliau SAW menugaskan para sahabat agar kaum musyrikin tidak boleh lagi berhaji dengan tenggat waktu empat bulan. Rasulullah mengutus Abu Bakar As-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Hurairah untuk merealisasikan misi tersebut.

“Misi utama pada tahun ke-9 Hijriah itu membersihkan orang-orang syirik itu tidak boleh berhaji di tahun yang akan datang dan itu diberi waktu interval empat bulan,” ujar dia.

Pada masa jahiliah, Prof Aswadi menjelaskan, kaum musyrikin kerap bertawaf dalam kondisi telanjang. Mereka pun masih mempraktikkan perilaku musyrik di area Ka’bah. Adanya perintah Allah SWT dalam QS at-Taubah ayat 3 tersebut membuat Rasulullah mengirim para sahabat untuk mengultimatum kaum musyrikin jika mereka tak bisa lagi melakukan tawaf dengan telanjang.

“Haji tahun depan tidak diperkenanakan bagi orang yang musyrikin apalagi melakukan tawaf dalam kondisi telanjang. Karena apa inilah kemudian disebut haji akbar,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement