REPUBLIKA.CO.ID, Islam menempatkan air sebagai unsur alam yang amat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia. Air bahkan disebutkan dalam Alquran sebagai cikal bakal kehidupan yang ada di alam ini.
“Kami jadikan air segala sesuatu yang hidup.” (QS Al-Anbiya 21: 30), termasuk dengan manusia. "Bukankah Kami menciptakanmu dari air yang hina (mani)?" QS Al-Mursalat ayat 20.
Dalam menjelaskan tentang eksistensi air, Alqur′an menggunakan beberapa kata kunci yang bisa menjadi petunjuk tentang proses terjadinya air, daya guna air, dan manfaat air bagi kehidupan manusia.
Untuk itu, peran air bagi kehidupan spiritual seorang Muslim amat penting. Air bukan sekadar media untuk membersihkan diri seperti mandi dan sikat gigi. Air bahkan menjadi syarat seorang Muslim sebelum beribadah seperti berwudhu dan mandi wajib.
Sayangnya, ketersediaan air sebagai zat yang diciptakan Tuhan untuk mengawali kehidupan manusia sedang mengalami krisis. Laporan PBB tentang Perkembangan Sumber Daya Air 2024 yang disajikan UNESCO menjelaskan, setengah dari jumlah penduduk dunia mengalami kelangkaan air yang parah pada 2024. Seperempat penduduk dunia menghadapi tingkat tekanan kebutuhan air yang sangat tinggi dan menggunakan lebih dari 80 persen pasokan air bersih terbarukan tahunan.
Di negara-negara berpenghasilan rendah, kualitas air yang buruk terutama disebabkan rendahnya tingkat pengolahan air limbah. Meski data kualitas air sebenarnya masih amat jarang tersedia di seluruh dunia, laporan menyebutkan, zat pencemar muncul dari bahan industri kimia, deterjen dan lainnya. Karena itu, tidak satu pun dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 (SDG 6) berada tepat di jalur target.
Krisis iklim yang mulai tampak dalam beberapa tahun ini memperlihatkan tentang kerusakan atau ketidakseimbangan siklus air di darat maupun di laut yang mengakibatkan banjir di musim hujan dan krisis air di musim kemarau.
Hal tersebut ditegaskan oleh Alqur′an sebagai berikut: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (ar-Rūm/30: 41).
