REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menuliskan Ayat 5 Surat Al-Jumuah menjelaskan orang Yahudi yang tidak mau mengamalkan kitab Taurat. Dalam pandangan Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, orang Yahudi semacam itu bagai keledai memikul buku.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
Maṡalul-lażīna ḥummilut-taurāta ṡumma lam yaḥmilūhā kamaṡalil-ḥimāri yaḥmilu asfārā(n), bi'sa maṡalul-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātillāh(i), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
Perumpamaan orang-orang yang dibebani tugas mengamalkan Taurat, kemudian tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab (tebal tanpa mengerti kandungannya). Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS Al-Jumuah Ayat 5)
Dalam tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menerangkan, sebagaimana telah diketahui, Taurat adalah kumpulan wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa Alaihissalam. Taurat berpangkal pada 10 hukum yang diturunkan di atas Bukit Thursina, di lembah suci yang bernama Thuwaa.
Taurat dan tambahan peraturan-peraturan yang lain diturunkan Allah kepada Nabi Musa setelah Bani Israil dibebaskan dari perbudakan Fir'aun dalam penderitaan yang sampai 400 tahun lamanya. Setelah selamat sampai di seberang, diturunkanlah Taurat itu untuk mengatur masyarakat Bani Israil.
Oleh sebab itu, maka kaum Yahudi sebagai keturunan Bani Israil mengakui sejak meninggalnya Nabi Musa, Taurat itulah pedoman hidup mereka dan karena Taurat itulah mereka disebut Ahlul-Kitab atau Uutul-Kitab.