
Oleh : KH M Cholil Nafis PhD, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah
REPUBLIKA.CO.ID,
الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ –كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ
الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَررَّمَ الصِّياَمَ يومَ العِيْدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْللاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu akbar 3 X Walillahi al hamdu
Jamaah Idul Fitri yang berbahagia...
Dalam suasana lebaran yang penuh makna di tengah nuansa kebahagiaan dan kegembiraan di hari kemenangan umat Islam, maka hari ini kita merayakan Idul Fitri, yakni hari kembali berbuka dan menggapai diri yang suci. Kaum muslimin telah menang dan lulus melewati ujian “jihad akbar”, mengelola nafsu syahwat dan menghindari yang syubhat. Kita yang telah lulus training selama 30 hari di bulan Ramadhan, kaum Muslimin di manapun berada disunnahkan (dianjurkan) untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangannya dan hendaklah kemu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur.” (QS Al Baqarah [2]: 185)
Allahu akabar 3X Walillahi al hamdu
Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah..
Idul Fitri atinya kita telah menggapai pada kesucian. Kita tunjukkan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebelum pelaksanaan shalat Id, bahkan selama bula puasa kita telah mengeluarkan zakat harta. Itu menunjukan bahwa hari ini pada diri kita menggapai dua hal sekaligus. Yaitu kesucian diri (fitrah) dan kebersamaan antar sesama (ukhuwah). Fitrah adalah asal kejadian, keadaan suci.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa umat manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, (kullu mauludin yuladu ‘ala al fitrah). Akan tetapi karena berjibaku dengan ambisi dan interaksi kehidupan sering kali watak manusia berubah menjadi licik, pendusta dan sombong.
Ini artinya bahwa fitrah adalah sesuatu yang inheren dengan jati diri manusia. Jati diri manusia adalah keberadaan umat manusia sebagai hamba Allah (‘abdullah), ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi (khalifatullah fil-ardl).
Alquran menghadirkan kisah penciptaan manusia yang terdiri dari dua unsur yang tarik menarik yaitu diciptakan dari tanah liat sebagai simbol kerendahan, stagnasi dan pasifitas mutlak, kamudian ditiupkan ruh Allah SWT sebagai simbol dari gerakan tanpa henti yang mengajak manusia ke puncak spiritual tertinggi dan tiada batas.
Setelah manusia diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia diberi bekal tentang “kebaikan bawaan” yang terpancar lewat hati Nurani dan ilmu pengetahuan.
Manusia bisa menjadi hamba yang paling tinggi derajatnya bahkan melebihi malaikat yang tak pernah maksiat kepada Allah SWT jika beriman dan menggunakan ilmunya, tetapi saat manusia tidak lagi menggunakan akan sehat dan tidak patuh pada agama maka ia akan menjadi hamba yang lebih rendah dari hewan yang melata sekalipun.
BACA JUGA: Konflik Internal Israel Semakin Tajam, Saling Bongkar Aib Antara Ben-Gvir Versus Shin Bet
Ibnul Jauzi dalam Kitab Zadul Masir menjelaskan, makna fitrah adalah kondisi awal penciptaan, di mana manusia diciptakan oleh Allah pada kondisi tersebut. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang merupakan potensi atau sifat dasar bagi manusia.
konsep fitrah yang terdapat dalam Alquran surat al-Rum ayat 30 dikemukakan oleh Ismail Haqi al-Barusawi, bahwa konsep fitrah adalah manusia yang pada hakikatnya sejak lahir telah mengakui ke-Esa-an Allah SWT atau paling tidak, manusia sejak ia dilahirkan sudah mempunyai kecenderungan untuk meng-Esa-kan Tuhannya dan selalu berusaha terus menerus mencari untuk mencapai ketauhidan kepada Allah SWT.