Rabu 25 Sep 2024 07:17 WIB

Indahnya Cara Alquran Memuliakan Kaum Disabilitas

Penyandang disabilitas dinilai harus diperlakukan sama dan diterima dengan tulus.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Sejumlah pelajar penyandang tuna grahita berlari saat Pekan Paralimpik di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Selasa (14/5/2024). Sebanyak 200 pelajar berkebutuhan khusus atau disabilitas mengikuti perhelatan tersebut sebagai ajang seleksi para atlet disabilitas dalam pekan paralimpik yang mempertandingkan empat cabang olahraga yaitu atletik, aquatik, bulu tangkis dan tenis meja.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pelajar penyandang tuna grahita berlari saat Pekan Paralimpik di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Selasa (14/5/2024). Sebanyak 200 pelajar berkebutuhan khusus atau disabilitas mengikuti perhelatan tersebut sebagai ajang seleksi para atlet disabilitas dalam pekan paralimpik yang mempertandingkan empat cabang olahraga yaitu atletik, aquatik, bulu tangkis dan tenis meja.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai agama yang menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan, Islam juga menempatkan kaum disabilitas dalam kedudukan yang mulia. Alquran dan kisah Nabi Muhammad SAW ini menjadi bukti perhatian Islam terhadap kaum disabilitas sangat besar. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Baca Juga

لَيْسَ عَلَى الْاَعْمٰى حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْاَعْرَجِ حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْمَرِيْضِ حَرَجٌ وَّلَا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَنْ تَأْكُلُوْا مِنْۢ بُيُوْتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اٰبَاۤىِٕكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اُمَّهٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اِخْوَانِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخَوٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَعْمَامِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ عَمّٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخْوَالِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ خٰلٰتِكُمْ اَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَّفَاتِحَهٗٓ اَوْ صَدِيْقِكُمْۗ  لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَأْكُلُوْا جَمِيْعًا اَوْ اَشْتَاتًاۗ فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Laisa ‘alal-a‘mā ḥarajuw wa lā ‘alal-a‘raji ḥarajuw wa lā ‘alal-marīḍi ḥarajuw wa lā ‘alā anfusikum an ta'kulū mim buyūtikum au buyūti ābā'ikum au buyūti ummahātikum au buyūti ikhwānikum au buyūti akhawātikum au buyūti a‘māmikum au buyūti ‘ammātikum au buyūti akhwālikum au buyūti khālātikum au mā malaktum mafātiḥahū au ṣadīqikum, laisa ‘alaikum junāḥun an ta'kulū jamī‘an au asytātā(n), fa iżā dakhaltum buyūtan fa sallimū ‘alā anfusikum taḥiyyatam min ‘indillāhi mubārakatan ṭayyibah(tan), każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la‘allakum ta‘qilūn(a).

"Tidak ada halangan bagi orang buta, orang pincang, orang sakit, dan dirimu untuk makan (bersama-sama mereka) di rumahmu, di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya, atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagimu untuk makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah itu, hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) kepadamu agar kamu mengerti. (QS An-Nur Ayat 61)"

Ayat di atas secara eksplisit menegaskan kesetaraan sosial antara penyandang disabilitas dan mereka yang bukan penyandang disabilitas. Mereka harus diperlakukan sama dan diterima dengan tulus, tanpa diskriminasi, serta tanpa stigma negatif dalam kehidupan sosial, sebagaimana penjelasan Syaikh Ali As-Sabuni dalam Tafsir Ayat al-Ahkam berikut.

Islam mengecam diskriminasi..

sumber : Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement