REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustadz Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, mari kita kuatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menguatkan komitmen menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.
BACA JUGA: Naskah Khutbah Jumat: Larangan Menunda-nunda Bayar Utang
Pentingnya takwa ini, dalam setiap khutbah, Khatib wajib berwasiat tentang takwa karena menjadi salah satu rukun yang harus dilakukan. Tanpa wasiat takwa, maka khutbah Jumat akan sia-sia.
Ketakwaan merupakan bekal yang paling penting dalam menjalani kehidupan. Dengan takwa, kehidupan kita akan terarah dan misi utama kita diciptakan di dunia, yakni beribadah kepada Allah, akan dapat berjalan dengan baik. Takwa juga menjadi salah satu yang akan paling banyak menghantarkan kita ke surga Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ اَلْجَنَّةَ؟ قَالَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Artinya, “Rasulullah pernah ditanya perihal sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga. Ia menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majjah).
Maasyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Saat ini kita sudah memasuki bulan Safar yang merupakan bulan kedua dalam kalender Islam. Ada sebagian orang yang berpendapat, menganggap, bahkan meyakini bahwa dalam bulan ini akan ada banyak kesialan dan bencana yang terjadi.
Pendapat ini berlawanan dengan penjelasan para ulama. Di antaranya Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Latha-iful Ma’arif yang menyebut semua waktu dan zaman tergantung pada aktivitas yang dilakukan.
Jika diisi dengan kebaikan-kebaikan, maka zaman tersebut adalah zaman yang diberkahi. Begitu juga sebaliknya, jika zaman diisi dengan keburukan maka kesialan dan keburukanlah yang akan didapat.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ، وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Setiap zaman yang orang mukmin menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah, maka merupakan zaman yang diberkahi; dan setiap zaman orang mukmin menyibukkannya dengan bermaksiat kepada Allah, maka merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi).”
Halaman selanjutnya ➡️