REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Cirebon
Khutbah I
ألْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ, خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu bentuk kesunahan yang diajarkan dan diperintahkan untuk diikuti ialah perintah menyantuni, menyayangi dan merawat anak yatim. Nabi Muhammad saw menjanjikan derajat mulia bagi orang-orang yang mau menyantuni anak yatim.
Selanjutnya...
Halaman 2 / 4
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Nabi Muhammad saw memberi jaminan kepada orang-orang yang menyantuni dan menyayangi anak yatim akan mendapatkan tempat dan kedudukan yang tinggi di sisi Nabi saw.
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Sahl bin Sa’ad bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا، وَأشَارَ بِأُصْبُعُيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Artinya, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim memiliki kedudukan seperti ini”, Nabi Muhammad memberi isyarat dengan dua jarinya (telunjuk dan tengah) yang didekatkan”. (HR Al-Bukhari).
Hadits di atas menjelaskan bagaimana kedekatan dengan Nabi Muhammad saw di akhirat yang akan didapatkan oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim. Nabi Muhammad saw mengibaratkannya dengan jari telunjuk dan tengah yang saling beriringan.
Sebagaimana hal ini dijelaskan pula oleh Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qasthalani dalam kitabnya Irsyadus Sari juz XIII halaman 37 terkait hadits di atas:
وَفِيْهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ بَيْنَ دَرَجَةِ النَّبِي وَكَافِلِ اليَّتِيْمِ قَدْرَ تَفَاوُتِ مَا بَيْنَ السَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى
Artinya, “Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa antara derajat nabi dan yang menanggung anak yatim bagaikan jarak antara jari telunjuk dan jari tengah”.
Selanjutnya...
Halaman 3 / 4
Selain itu, menyantuni anak yatim tak ubahnya juga merupakan bukti penghambaan terhadap Allah swt. Menyantuni anak yatim, dalam satu ayat disandingkan dengan perintah untuk mengesakan Allah, serta berbuat baik kepada kedua orang tua dan kerabat dekat.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri”. (Qs. An-Nisa: 36)
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib juz X halaman 76 menjelaskan bahwa maksud dari anak yatim yang disebutkan di atas ialah anak yatim yang memiliki dua kriteria, yakni mereka anak-anak yatim yang masih kecil (belum baligh) dan tidak memiliki orang yang memberi nafkah. Kedua sifat itulah yang menjadikannya rentan dan membutuhkan belas kasih. Hingga Ibnu Abbas dalam satu riwayat berkata:
يَرْفُقُ بِهِمْ وَيُرَبِّيهِمْ وَيَمْسَحُ رَأْسَهُمْ، وَإِنْ كَانَ وَصِيًّا لَهُمْ فَلْيُبَالِغْ فِي حِفْظِ أَمْوَالِهِمْ
Artinya, “Lemah lembutlah terhadap mereka (anak yatim), didiklah mereka dan usaplah dengan lembut kepala mereka. Jika termasuk yang diberi wasiat untuk menjaga mereka maka bersungguh-sungguhlah dalam menjaganya.”
Imam Ar-Razi menjelaskan bahwa di antara cara menyantuni anak yatim ialah bersikap lemah lembut dan mengusap ramah kepala anak yatim. Dari penjelasan Imam Ar-Razi tersebut dapat dipahami bahwa bentuk menyantuni dan mengasihi anak yatim dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang dapat menyenangkan hati anak yatim.
Selanjutnya...
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook