Pada ayat ini, menurut Tafsir Kementerian Agama, Allah menerangkan cara yang paling baik menghadapi orang-orang kafir, yaitu orang yang sabar ketika menderita kesulitan dan kesengsaraan, dapat menahan marah, tidak pendendam, dan suka memaafkan.
Anas Radhiyallahu Anhu dalam menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabar dalam ayat ini adalah apabila seseorang dimaki oleh orang lain, ia berkata, “Jika engkau memaki aku dengan alasan yang tidak benar, mudah-mudahan Allah akan mengampuni dosamu. Jika engkau memaki aku dengan alasan yang benar, mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku."
Nasihat agar berlaku sabar, menahan marah, dan suka memaafkan kesalahan orang lain itu adalah suatu nasihat yang paling utama dan tinggi nilainya. Yang dapat menerima nasihat itu hanyalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.
Qatadah mengatakan bahwa arti dari “keuntungan yang besar” adalah surga. Maksud ayat ini adalah kesabaran itu hanyalah dianugerahkan kepada orang-orang yang akan masuk surga.
Penafsir Alquran Syaikh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, menjelaskan, watak alami yang berupa penolakan keburukan dengan kebaikan ini tidak diberi oleh Allah, kecuali kepada orang-orang yang sabar atas sesuatu yang dibenci dan menahan amarah. Watak ini juga tidak diberi, tidak diterima dan tidak didapatkan kecuali oleh orang yang memiliki keberuntungan besar berupa kebaikan dan sempurnanya jiwa dan pahala yang didapatkannya.