Dalam melakukan amar makruf nahi munkar, beliau tunjukkan dengan berdakwah kepada keluarganya dan kepada kaumnya bahkan kepada penguasa pada zamannya. Beliau berdakwah dengan menyeru menghentikan penyembahan kepada patung-patung dan hawa nafsu dan menyeru untuk menyembah hanya kepada Allah Subhanahuwata’ala saja.
Sehingga Nabi Ibrahim menerima konsekuensi dari dakwahnya, dijatuhi hukuman dengan dibakar hidup-hidup di depan umum. Dengan keyakinan dan iman yang kuat kepada Allah, tawakal dan berdoa, maka Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dengan memerintahkan kepada api supaya dingin sehingga bisa menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api yang menyala-nyala.(QS, al-Anbiya:69).
قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Pelajaran dari sejarah Nabi Ibrahim kita dapat mengambil uswah hasanah dari beliau, bahwa iman itu harus hidup dan aktif. Bukan iman yang pasif dan statis. Iman aktif itu iman yang diekspresikan dalam tindakan amal sosial atau hablu min an-naas, melaksanakan amar makruf nahi munkar, serta berakhlak baik dalam pergaulan dengan sesama manusia.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menyatakan bahwa indikator iman itu adalah amal baik dan akhlak karimah. Diantaranya hadits yang berbunyi:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ " رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: "Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, pembantu Rasulullah saw, dari Nabi saw bersabda, 'Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'" (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca di halaman selanjutnya...