Selasa 30 Apr 2024 00:40 WIB

Polisi Bubarkan Pengunjuk Rasa Pro Palestina di Universitas Sorbonne Prancis

Mahasiswa Universitas Sorbonne bersorak Bebaskan Palestina!

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Petugas Keamanan Negara Bagian Georgia menahan seorang demonstran yang melakukan aksi demonstrasi mendukung Palestina di Universitas Emory, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Kamis (25/4/2024). Aksi demonstrasi mendukung Palestina meluas di berbagai kampus besar di Amerika Serikat. Pihak kepolisian Amerika Serikat menangkap hampir 500 pelajar dari berbagai kampus di AS karena menggelar demonstrasi pro Palestina dalam beberapa waktu terakhir.
Foto: AP Photo/Mike Stewart
Petugas Keamanan Negara Bagian Georgia menahan seorang demonstran yang melakukan aksi demonstrasi mendukung Palestina di Universitas Emory, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Kamis (25/4/2024). Aksi demonstrasi mendukung Palestina meluas di berbagai kampus besar di Amerika Serikat. Pihak kepolisian Amerika Serikat menangkap hampir 500 pelajar dari berbagai kampus di AS karena menggelar demonstrasi pro Palestina dalam beberapa waktu terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Polisi membubarkan lusinan pengunjuk rasa yang mendirikan tenda sebagai aksi pro Palestina di halaman depan Universitas Sorbonne, Paris. Aksi ini digelar selama tiga hari setelah protes di universitas Sciences Po di Paris dan terjadi di tengah gelombang aksi unjuk rasa serupa di seluruh kampus di Amerika Serikat (AS).

"Kami memiliki alasan yang sama seperti di Yale, di Columbia, di Sciences Po untuk mengecam apa yang kami lihat," kata seorang mahasiswa yang hanya mengungkapkan namanya Leonard saat berunjuk rasa di depan gerbang Sorbonne, Senin (29/4/2024).

Baca Juga

Sorbonne merupakan salah satu universitas tertua di Prancis. Universitas itu menutup gedung-gedungnya selama unjuk rasa damai. Mahasiswa bersorak 'Bebaskan Palestina!' dan mendesak institusi tempat mereka belajar mengecam Israel.

Beberapa politisi Prancis, termasuk Mathilde Panot yang memimpin kelompok kiri LFI di parlemen di Majelis Nasional, mengajak para pendukungnya untuk bergabung dalam protes Sorbonne melalui media sosial.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke kantong pemukiman itu sudah menewaskan lebih dari 34.488 orang. Genosida Israel mengubah Gaza menjadi reruntuhan dan menciptakan krisis kemanusiaan yang mengarah pada kelaparan.

Sementara itu, perkembangan terbaru dalam unjuk rasa pro-Palestina di kampus-kampus AS, Rektor Columbia University mengatakan perundingan dengan demonstran mengalami kegagalan dan meminta mereka bubar dengan sukarela.

Sejak kepolisian New York membubarkan tenda protes dan menangkap lebih dari 100 pengunjuk rasa pro-Palestina pada 18 April pekan lalu, jumlah demonstran pro-Palestina yang ditangkap mencapai 900 orang lebih.

sumber : Reuters
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
  • Sungguh ironis di negara kampium leberty, kebebasan berKumpul dan pendapat, yg menjungjung tunggi HAM, hukum humaniter internasional, ternyata terbukti bila sdh menyangkut si imprialus dan teroris Israel yg merupkan skutunya yg telah melakukannjejahatanbkemabusian super berat, Genosie, yg telah menhancur luluhlantan negara Palestina dan mwmbunug 34 rbu penduduknya yg kebanyakan anak2, para ibu, dan lansia yg tdk berdosa, masih dilundngi dan terus didujung oleh mereja tsb : AS, Oerancis, Inggris, Jerman dan negara2 sekutunya. Maka secara tdk langsung mereka itu juga Pekaku GENOCIDA. yg syngguh idiot, Iran yg dibom si penjajah dan teriris israel , kemudian melakukan balas debdam atas usrael, malah disalahkan dan diberi sanksi oleh mereka2 "pendekar HAM dan Demokrasi". mereka itu wajib belajar lagi HAM dan HUKUm serta Kemanysianbyg adil dan beradab.
    1 Bulan lalu
  • Sungguh benar munafik dan hanya kedok belaka duma sLogan HAM, kebebadan berpendapat, berkumpul, hukum segalanya
    1 Bulan lalu
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement