Rabu 17 Apr 2024 16:59 WIB

Hadits Ungkap 70 Ribu Yahudi Sertai Dajjal Keluar dari Asbahan Iran, Benarkah Demikian?

Ulama berbeda pendapat tentang tafsir hadits 70 ribu Yahudi

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Yahudi. Ulama berbeda pendapat tentang tafsir hadits 70 ribu Yahudi
Foto:

Ustadz Ubaidi menegaskan bahwa kota Asbahan tidak bisa dipastikan yang mana, apakah yang ada di Irak atau Iran yang dimaksudkan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. 

Apalagi nama-nama negara dan wilayah saat ini sudah banyak yang mengalami perubahan nama, perubahan geografis, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hadis tersebut tidak dijelaskan detailnya.

Ulama pengkaji hadits ini menjelaskan, terkait pemahaman para ulama dalam memahami hadits ini dapat dipetakan menjadi dua. Antara ulama klasik dan ulama kontemporer. Keduanya sama-sama menekankan kehati-hatian dalam memahami hadits ini. "Para ulama tidak pernah menemukan titik sepakat dalam memahami hadits ini," kata dia.

Ustadz Ubaidi menjelaskan, para ulama klasik memahami hadits ini secara futuristik. Umumnya mereka mengkategorikan hadis ini sebagai hadits-hadits fitan (fitnah-fitnah akhir zaman). 

Alias, tanda-tanda kiamat sudah dekat. Ia dipahami sebagai simbolisasi fitnah jahat. Dajjal dipahami secara metaforis yang menandakan kekuatan jahat atau godaan dan cobaan berat dalam kehidupan manusia.

"Karena itu umumnya ulama hadits memberi judul hadis itu dengan kitabul fitan atau mihan atau sejenisnya," jelasnya.

Menurut dia, sebagian ulama klasik lainnya cenderung memahami secara harfiah tanpa memastikan bahwa ini akan terjadi persis seperti yang digambarkan dalam teksnya. Mereka hanya mensyarah dan menguraikan makna setiap kata saja.

"Maka dari situ bisa kita pahami sikap ekstra hati-hati mereka dalam memahami hadis tersebut," ujar dia.

Ustadz Ubaidi mengatakan, di sini kemudian muncul kaidah memahami hadits yang oleh Yusuf Al Qaradlawi dikategorikan sebagai hadits-hadits tentang hal ghaib.

Memahaminya hanya dengan prinsip keimanan yang ekstra hati-hati saja, tanpa perlu mengait-ngaitkan secara pasti dengan hal-hal yang nyata hari ini. Apalagi madlul makna yang ditunjuk oleh lafaz tersebut belum bisa dipastikan secara empiris. 

"Terutama lagi nama Asbahan dalam sejarahnya juga mengalami banyak perubahan. Di situlah Yusuf Al Qaradlawi menekankan keharusan untuk memastikan hal yang ditunjuk oleh lafaz hadis tersebut sebelum melangkah lebih jauh dalam merespons hal-hal yang berkenaan dengan hadits tersebut," ujar dia. 

Ustadz Ubaidi  mengatakan, adapun ulama hadits kontemporer cenderung mengadopsi pendekatan yang lebih kritis dalam memahami hadits-hadits tentang Dajjal. 

"Setelah memeriksa keabsahan hadits, mereka mempertimbangkan konteks historis dan sosial di mana hadis-hadis tersebut disampaikan oleh Nabi dan oleh para periwayat hadis," kata dia. 

Ustadz Ubaidi mengatakan, ini menuntut penggunaan pendekatan interdisipliner, seperti ilmu pengetahuan sosial. Politik, budaya, geografi, sejarah, dan psikologi, untuk memahami makna dan relevansi hadis-hadis tersebut dalam konteks zaman modern. 

 

Yang penting, kata dia, ulama hadits kontemporer tetap menghormati tradisi ilmiah yang telah ditetapkan oleh para ulama klasik, sambil menyesuaikannya dengan kebutuhan dan pemahaman kontemporer. 

photo
Infografis Alquran Bantah Orang Yahudi akan Jadi Penghuni Surga - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement