Masalah sholat gerhana ada beberapa dalil mengenai anjuran untuk melaksanakannya. Diantaranya adalah sebagai berikut. Dalil pertama adalah Alquran Surat Fussilat Ayat 37.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Wa min āyātihil-lailu wan-nahāru wasy-syamsu wal-qamar(u), lā tasjudū lisy-syamsi wa lā lil-qamari wasjudū lillāhil-lażī khalaqahunna in kuntum iyyāhu ta‘budūn(a).
Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS Fussilat Ayat 37)
Maksud dari perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Yang Menciptakan matahari dan bulan adalah perintah untuk mengerjakan sholat gerhana matahari dan sholat gerhana bulan.
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari di zaman Nabi Muhammad SAW, lalu Nabi SAW sholat bersama orang-orang. Beliau berdiri lama seperti membaca surat al-Baqarah lamanya. Lalu ruku sangat lama sekali, lalu berdiri lama tidak selama berdiri di awal. Lalu ruku sangat lama tidak selama ruku di awal tadi. Lalu sujud, lalu setelah selesai beliau berdiri lagi tidak selama berdiri di awal. Lalu ruku sangat lama sekali, lalu berdiri lama tidak selama berdiri di awal. Lalu ruku sangat lama tidak selama ruku’ di awal tadi. Lalu sujud. Setelah selesai sholat ternyata gerhana matahari sudah selesai.
Lalu, Nabi Muhammad SAW bersabda...