Jumat 08 Mar 2024 21:09 WIB

Nikmat Untuk Bani Israil dari Allah, Terbelahnya Laut dan Tenggelamnya Firaun

Allah SWT telah memberi banyak nikmat kepada Bani Israil.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Ilustrasi Allah
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi Allah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menginformasikan bahwa Allah SWT telah memberi banyak nikmat kepada Bani Israil saat berada di bawah kepemimpinan Nabi Musa Alaihissalam. Di antara nikmat dari Allah SWT untuk mereka adalah terbelahnya lautan yang melawan hukum alam dan tenggelamnya Firaun beserta pasukannya yang sedang mengejar Bani Israil.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Baca Juga

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ 

Wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa'anjainākum wa agraqnā āla fir‘auna wa antum tanẓurūn(a).

(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Firaun dan) pengikut-pengikut Firaun, sedangkan kamu menyaksikan(nya) (QS Al-Baqarah Ayat 50)

Dalam ayat ini disebutkan nikmat lain yang diberikan kepada Bani Israil. Yaitu Allah SWT telah menyelamatkan mereka ketika meninggalkan Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa Alahissalam dari kejaran Firaun bersama tentaranya. 

Setelah Allah mengangkat Nabi Musa menjadi Rasul, Allah memerintahkan agar Nabi Musa menyeru Firaun dan kaumnya untuk beriman kepada-Nya, menuntut Firaun agar membebaskan Bani Israil yang berada di negeri itu, dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap mereka. 

Sebagai jawabannya, Firaun memperhebat siksaan dan kekejamannya terhadap Bani Israil dan memerintahkan rakyatnya untuk meningkatkan kerja paksa yang ditimpakan kepada mereka. 

Kemudian Allah memberikan berbagai mukjizat kepada Nabi Musa Alaihissalam dan saudaranya yakni Nabi Harun Alaihissalam. Di antara mukjizatnya adalah tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat menelan ular-ular yang dijelmakan oleh para pesihir yang dikerahkan Firaun untuk melawan mukjizat Nabi Musa.

Melihat kenyataan itu, para pesihir itu pun mengakui kekalahan mereka, lalu menyatakan beriman kepada Allah. Akhirnya Firaun mengusir dan mengejar-ngejar mereka. 

Maka berangkatlah mereka (Bani Israil) meninggalkan negeri itu di bawah pimpinan Nabi Musa, sedangkan Firaun dan bala tentaranya mengejar mereka. Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah yang membatasi kota Suez dengan Semenanjung Sinai, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Kemudian Nabi Musa melakukannya. 

Maka terbelahlah air laut dan terbentanglah dua belas jalur jalan raya yang akan dilalui Nabi Musa bersama pengikut-pengikutnya yang terdiri dari dua belas rombongan. Sehingga selamatlah mereka sampai ke seberang. 

Sementara itu, Firaun bersama rombongannya terus mengejar mereka. Tetapi ketika mereka sampai di tengah-tengah laut itu, air laut yang tadinya terbelah kembali bersatu, sehingga mereka semuanya tenggelam ditelan air laut. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil yang telah selamat sampai ke seberang. 

Terbelahnya laut merupakan salah satu dari berbagai mukjizat Nabi Musa Alaihissalam untuk membuktikan kepada manusia bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Dialah yang menciptakan alam ini dan Dia pula yang menetapkan undang-undang alam yang berlaku sepanjang masa, dan Dia berkuasa pula mengubah atau membatalkan undang-undang alam tersebut apabila dikehendaki-Nya. 

Hukum alam yang berlaku pada air adalah air sebagai salah satu benda cair tidak dapat terpisah tanpa adanya benda lain yang memisahkannya. Undang-undang inilah yang diubah dan dibatalkan Allah ketika terbelahnya air laut itu. Air laut tersibak dan berdiri seperti dinding-dinding yang tegak lurus tanpa ada sesuatu yang menahannya, sehingga terbentanglah jalan di antara dinding-dinding tersebut. 

Demikian besarnya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil. Mereka telah dibebaskan dari kekejaman Firaun dan rakyatnya. Kemudian mereka diselamatkan juga ketika menyeberang laut. Sesudah itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tenggelamnya musuh-musuh mereka di tengah laut yang tentu saja menggembirakan hati mereka. Sepatutnyalah mereka mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. (Dilansir dari tafsir Kementerian Agama)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement