Sabtu 27 Jan 2024 16:17 WIB

Alquran Ungkap Bagaimana Allah Memberikan Rezeki Lewat Wasilah Hujan

Salah satu wasilah rezeki adalah melalui hujan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Pekerja mencari rezeki di tengah Hujan (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Pekerja mencari rezeki di tengah Hujan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Allah SWT memberikan rezeki kepada setiap makhluk-Nya tanpa terkecuali. Adapun wasilah (perantara) turunnya rezeki itu bisa dengan beragam cara, salah satunya melalui hujan. 

Tentang rezeki dan juga hujan, Allah berfirman dalam Surat An Nahl ayat 10:

Baca Juga

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ

"Huwal-lażī anzala minas-samā'i mā'al lakum minhu syarābuw wa minhu syajarun fīhi tusīmūn(a)."

Yang artinya, "Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu."

Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwa Allah menyebutkan nikmat yang diperoleh manusia dari langit secara langsung atau tidak langsung. Nikmat Allah yang manusia peroleh secara langsung adalah air hujan yang dapat dijadikan air minum dan keperluan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. 

Air dapat digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Turunnya air hujan juga membuat udara yang panas menjadi sejuk dan menyegarkan badan. Sedangkan nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan adalah air itu dapat mengairi sawah dan menghidupkan segala macam tumbuh-tumbuhan. 

Segala tumbuhan itu sangat bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, seperti manusia dapat menggembalakan binatang ternak mereka di padang rumput, maupun memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan yang hidup lestari berkat guyuran air hujan. 

Ayat ini juga merupakan salah satu dari sekian banyak ayat yang berbicara mengenai hujan dan kesuburan yang diakibatkannya. Dalam Surat An Nur ayat 43, Allah berfirman: 

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ

"Alam tara annallāha yuzjī saḥāban ṡumma yu'allifu bainahū ṡumma yaj‘aluhū rukāman fa taral-wadqa yakhruju min khilālih(ī), wa yunazzilu minas-samā'i min jibālin fīhā mim baradin fa yuṣību bihī may yasyā'u wa yaṣrifuhū ‘am may yasyā'(u), yakādu sanā barqihī yażhabu bil-abṣār(i)."

Yang artinya, "Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. 

Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi SAW dan manusia agar memperhatikan dan merenungkan bagaimana Dia menghalau awan dengan kekuasaan-Nya dari satu tempat ke tempat lain. Kemudian Allah mengumpulkan awan-awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung besar yang berjalan di angkasa. 

Dari awan ini turunlah hujan lebat di daerah itu dan kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es. Bagi yang berada di bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung, tetapi bila kberada dalam pesawat akan terlihat di bawah pesawat yang sedang ditumpangi awan-awan yang bergerak perlahan itu memang seperti gunung-gunung yang menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak dengan jelas bagaimana air itu turun ke bumi. 

Hujan yang lebat sejatinya memberi rahmat dan keuntungan yang besar bagi manusia, karena sawah dan ladang yang sudah kering akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dan berbagai macam tanaman tumbuh dengan subur sehingga manusia dapat memetik hasilnya dengan senang dan gembira. Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus-menerus turun sehingga menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana. 

Sawah ladang terendam bahkan kampung seluruhnya terendam, maka hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi manusia dan bukan sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut iradah dan kehendak-Nya. 

Sampai sekarang belum ada satu ilmu pun yang dapat mengatur perputaran angin dan perjalanan awan sehingga bisa mencegah banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat mengatasinya. 

Semua ini menunjukkan kekuasaan Allah, melimpahkan rahmat dan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menimpakan musibah dan malapetaka kepada siapa yang dikehendaki-Nya pula. 

Menurut para ilmuwan sains dan teknologi, persyaratan bagaimana hujan dapat turun, dimulai dari adanya awan yang membawa uap air. Awan ini disebut dengan awan cumulus. Gumpalan-gumpalan awan cumulus yang semula letaknya terpencar-pencar, akan “dikumpulkan" oleh angin. 

Pada saat awan sudah menyatu, akan terjadi gerakan angin yang mengarah ke atas dan membawa kumpulan awan ini, yang sekarang disebut awan cumulus nimbus, ke atas. Gerakan ke atas ini sampai dengan ketinggian (dan suhu) yang ideal, di mana uap air akan berubah menjadi kristal-kristal es. 

Pada saat kristal es turun ke bumi, dan suhu berubah menjadi lebih tinggi, mereka akan berubah menjadi butiran air hujan. Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat yang sambung menyambung pada waktu langit mendung dan sebelum hujan turun. Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musabab kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan me-ngendalikannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement