REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Hidup di dunia merupakan perjalanan sementara, sebelum akhirnya semua akan tiba di penghujung batas tujuan, akhirat. Alquran menyatakan:
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
''Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan.'' (QS Al-Ankabut [29]: 64).
Alquran juga memberikan perumpamaan kehidupan dunia seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan terlihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur.
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid [57]: 20).
Terlalu banyak manusia yang silau oleh kemilau dunia, mengejar sesuatu yang seharusnya tidak dikejar. Saling menyikut dan menjatuhkan dengan menghalalkan segala cara, demi meraih tahta jabatan, dan harta kekayaan.
Padahal, semua itu hanyalah sementara, tidak setia, dan akan terpisah darinya saat kematian datang menjemput. Malaikat Jibril pernah datang mengingatkan Nabi SAW:
يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به
"Hai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar, dan cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Dan lakukan sesukamu karena engkau akan dibalas akibatnya.'' (HR Ath-Thabrani).
Begitu dahsyat pesona dunia, hingga Rasulullah pun sangat mengkhawatirkan umatnya akan terperosok dalam gemerlapnya. Sabda Nabi SAW:
إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا
''Bukanlah kemusyrikan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah perhiasan kehidupan dunia.'' (HR Bukhari).
Apa yang dikhawatirkan Nabi menjadi nyata. Banyak umatnya yang terbelenggu dalam penyakit cintai dunia. Mereka lupa bahwa kelak akan dipanggil menghadap Sang Khalik untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang telah dilakukan.
Baca juga: Remehkan Rencana Satgas Maritim Bentukan Amerika Serikat, Houthi Yaman: Tak Ada Nilainya
Itulah fatamorgana kehidupan, hanya sebatas hiasan semu yang menyesatkan dan menjadi jebakan. Seiring berjalan dan berputarnya roda waktu, kita hanya mampu berharap agar mendapat kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat. Bacalah doa berikut:
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban naar
"Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.''(QS Al-Baqarah [2]: 201).