REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selama hidup di dunia manusia tidak terlepas dari segala macam kesalahan. Terdapat doa yang dicontohkan dari Nabi Muhammad ﷺ untuk memohon maghfirah dari segala jenis dosa.
Dikutip dari buku Syarah Doa-Doa Pilihan Terbaik oleh Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al-Badr dengan penerjemah Muhammad Afif Naufaldi bin Ali, Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasa berdoa:
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جِدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
“Allaahumma-ghfir lii khathii-ati wa jahlii, wa israafii fii amrii, wa maa Anta a'lamu bihi minnii. Allaahummghfirlii jiddi wa hazli, wa khatha-i wa 'amdii, wa kullu dzaalika 'indii. Allaahumma-ghfirlii maa qaddamtu wa maa akhkhartu, wa maa asrartu wa maa a'lantu, wa maa Anta a'lamu bihi minnii, Anta-l Muqaddim wa
Anta-l Mu-akhkhir, wa Anta 'alaa kulli syai-in Qadiir.”
(Ya Allah! Ampunilah segala kesalahan, ketidaktahuan, perbuatanku yang melampaui batas, serta segala kesalahan dan kekuranganku yang Engkau lebih mengetahuinya. Ya Allah! Ampunilah segala dosaku, baik yang aku lakukan secara sungguh-sungguh maupun bercanda, baik yang disengaja ataupun tidak, dan sungguh aku pernah melakukan semua itu. Ya Allah! Ampunilah segala dosaku, baik yang terdahulu maupun yang mungkin akan kulakukan nantinya, baik yang aku lakukan dalam kesendirianku ataupun di hadapan orang banyak, dan juga seluruh kesalahanku lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya. Engkaulah yang Mahakuasa untuk memuliakan dan menghinakan, dan Engkaulah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.) (HR Bukhari dan Muslim)
Doa ini termasuk salah satu doa yang paling luas cakupannya dalam hal permintaan ampunan (istigfar); karena ia berisi berbagai lafaz yang mengandung keumuman, namun juga dilengkapi perincian dan pemaparan, dengan menyebutkan setiap makna dengan lafaznya yang gamblang tanpa bergantung kepada lafaz lain yang menyiratkan maknanya; sehingga istigfar ini mencakup seluruh dosa si hamba, baik yang terdahulu maupun akan datang, lahir maupun batin, dan yang ia ketahui ataupun tidak.
Andai seorang mengatakan:
“Ampunilah segala dosa yang pernah aku perbuat!”,tentu ini jelas lebih ringkas. Akan tetapi perlu diingat bahwa lafaz ini diucapkan pada momen doa, merendahkan diri di hadapan Allah, menampakkan penghambaan dan rasa butuh kepada Allah; sehingga menyebutkan jenis-jenis dosa yang ingin dimintai ampunan dan taubat atasnya secara rinci tentu lebih baik daripada hanya menyebutkannya dengan ringkas dan singkat. Al-Auza`i Rahimahullah mengatakan :
“Seringkali diajarkan bahwa doa yang paling afdal adalah yang disertai dengan sikap mengemis dan merendah di hadapan Allah.”
Doa dan istigfar yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ini beliau ucapkan demi menampakkan rasa fakir dan penghambaan kepada
Tuhannya جل جلاله .Ia juga sebagai pengajaran kepada umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bahwa tidak seorang pun dari hamba yang tidak membutuhkan Tuhannya, maaf, rahmat, dan ampunan dariNya. Bahkan, kebutuhan para hamba akan semua itu sama dengan kebutuhan mereka akan penjagaan, pemeliharaan, dan rezeki dariNya. Andai bukan karena penjagaan dan rezeki dariNya, tentu mereka semua akan binasa. Andai bukan karena ampunan dan kasih sayang dariNya, tentu mereka semua akan binasa lagi merugi. Oleh karena itulah, ayah dan ibu mereka semua, Adam dan Hawa Alaihissalam mengatakan:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Al-A'raf ayat 23)