REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh manusia tunduk pada perubahan-perubahan fisiologis seiring dengan perubahan waktu. Allah menjadikan siang hari sebagai waktu mencari nafkah dan menjadikan malam sebagai waktu beristirahat. Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Alquran surat Ali Imran ayat 190).
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (Alquran surat Ar Rum ayat 23).
Kemudian, muncul pertanyaan, bagaimana tubuh mengetahui bahwa waktu yang sedang dijalaninya adalah siang atau malam hari? Nadiah Thayyarah dalam Mausu’ah al I’Jaz al Qur’ani yang diterjemahkan menjadi Buku Pintar Sains Dalam Alquran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, menjelaskan bahwa menurut para ilmuwan pada bagian tengah otak manusia terdapat organ bernama hipotalamus. Organ ini bekerja seolah-olah jam biologis yang mengatur ritme kerja organ-organ tubuh lainnya.
Hipotalamus sangat sensitif terhadap rangsangan cahaya. Ketika cahaya matahari pada siang hari masuk ke mata kemudian jatuh di retina dan diubah menjadi sinyal saraf, maka saraf mata akan meneruskan sinyal ini menuju hipotalamus. Kuatnya rangsangan cahaya ini berdampak negatif terhadap kinerja hipotalamus, dan memaksa kelenjar pineal menekan laju produksi melatonin (hormon perangsang rasa kantuk). Dengan demikian, seseorang akan tetap sadar dan terbangun.
Saat malam tiba, ketika intensitas...