Rabu 01 Nov 2023 20:13 WIB

Angkatan Udara Israel Menyerang dengan Enam Bom Buatan AS

Israel bersikap biadab terhadap Palestina.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Aksi bela Palestina.
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Aksi bela Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza mengakibatkan sedikitnya 100 warga Palestina gugur pada Selasa kemarin waktu setempat, menurut para pejabat Palestina. Pejabat di Rumah Sakit Indonesia mengatakan mereka telah melihat sedikitnya 50 orang gugur.

Sejauh ini Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah korban jiwa mencapai 100 orang. Kementerian Dalam Negeri Palestina mengatakan total ada 400 orang gugur dan terluka. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Palestina Iyad Al Bazum mengatakan seluruh kompleks perumahan telah hancur.

Baca Juga

"Bangunan ini menampung ratusan warga. Angkatan udara pendudukan menghancurkan distrik ini dengan enam bom buatan Amerika Serikat (AS). Ini adalah pembantaian terbaru yang disebabkan oleh agresi Israel di Jalur Gaza," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Iyad al-Bazum, dilansir Middle East Eye, Rabu (1/11/2023).

Selain itu warga Palestina di Gaza juga mengalami kesulitan untuk memastikan apakah kerabat keluarganya masih hidup atau sudah gugur. Salah satu yang mengalaminya ialah Samira Sabre.

Dia membutuhkan waktu dua hari untuk mengetahui apakah ada kerabatnya yang gugur ketika rumah pamannya di Gaza dibom oleh serangan militer Israel. Pengungsi Palestina tidak bisa memastikan bagaimana kondisi kerabat keluarganya akibat pengeboman yang terus dilancarkan Israel.

Warga Gaza tidak memiliki akses ke jaringan telepon setelah Israel memberlakukan pemadaman komunikasi total. Samira Sabre baru mendengar tentang serangan terhadap rumahnya setelah saudara laki-lakinya, yang bekerja di sebuah organisasi bantuan, melewati tempat dia berlindung saat ini untuk memberi tahu dia secara langsung.

Semua koneksi telepon dan internet terputus di Jalur Gaza selama 36 jam mulai sekitar pukul 17.00 pada Jumat lalu. Ini merupakan awal dari pengeboman udara, artileri, dan laut terberat yang dialami wilayah kantong pantai tersebut dalam tiga pekan konflik terjadi.

Akibatnya, 2,3 juta warga Palestina di Gaza tidak hanya terputus dari dunia luar tetapi juga terputus dari satu sama lain. Human Rights Watch memperingatkan pada saat itu bahwa pemadaman informasi berisiko menutupi kekejaman massal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement