Sabtu 28 Oct 2023 22:21 WIB

Denny JA: AI Bikin Hoaks Makin Canggih Mengelabui

Publik disarankan berpegang pada sumber media yang punya reputasi panjang.

Denny JA saat memberi kuliah umum terkait dengan hoaks menggunakan artificial intelligen.
Foto: istimewa/doc humas
Denny JA saat memberi kuliah umum terkait dengan hoaks menggunakan artificial intelligen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pendirii Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, mengatakan, publik awam banyak yang tidak bisa membedakan video asli atau palsu yang viral di masyarakat. Hal ini karena  artificial intelligence (AI) membuat hoaks semakin canggih dan makin mengelabui.

Menurut riset yang dilakukan, kata Denny JA, publik awam banyak yang tidak bisa keaslian video. Sebab mereka menggunakan suara, wajah, mimik, yang sama dengan seseorang. Hal yang diubah hanyalah gerak bibir dan pesan yang dipalsukan.

Hal ini disampaikan Denny JA, dalam kuliah umum “Siapa Presiden Indonesia Berikutnya? Memahami Pilpres 2024 Melalui Prinsip Marketing Politik.”  Kegiatan ini diselenggarakan LSI Denny J.A dengan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan Kuncie, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Executive Education: Mini MBA Political Marketing.

Denny mencontohkan dengan video Jokowi fasih berbahasa Mandarin. Ternyata video tersebut adalah hoaks yang difabrikasi oleh deepfake technology.

Denny J.A mengutip Reuters News bahwa sepanjang tahun 2023 di seluruh dunia, sudah beredar 500.000 video dan audio yang dipalsukan. Tidak hanya di Indonesia, bahkan juga fenomena Pilpres di AS. “Publik khawatir bahwa AI makin mudah dijangkau dan diakses penggunaannya untuk membantu memfabrikasi video dan materi palsu,” kata Denny JA dalam siaran persnya.

Video Jokowi yang dipalsukan itu, menurut Denny, hanyalah awal dari video-video palsu yang akan beredar. "Betapa di era ini kita melihat, artificial intelligence (AI) membuat hoaks semakin canggih dan makin mengelabui,” ungkap dia.

Dalam kondisi itu, menurutnya, penting untuk memberikan panduan kepada publik agar kita tidak mudah tertipu dengan hoaks. Denny JA memberi tips agar terrhindar hoaks.

Pertama, hanya berpegang dan menyebarkan berita dari sumber media yang kredibel. "Umumnya media-media besar yang punya reputasi panjang. Mereka lebih memiliki filter dalam membedakan mana fenomena yang hoaks dan mana yang fakta,’ ungkap Denny JA.

Kedua, memperbanyak sumber-sumber cek fakta. Setiap media besar, juga pemerintah sudah sewajarnya memiliki rubrik cek fakta -untuk ikut menyaring berita-berita hot dan viral di publik.

“Ketiga, umumnya hoaks beredar di kalangan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan WhatsApp. Selayaknya para penanggungjawab platform-platform tersebut juga mencari cara kerjasama dengan Lembaga cek fakta untuk ikut menyaring hoaks,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement