Syaikh Abu Amr Syaibani Rahmatullah 'alaih berkata, "Selama setahun aku tinggal bersama lbnu Mas'ud, tidak pernah aku dengar satu ucapan pun darinya yang ia nisbatkan kepada baginda Rasulullah SAW. Tetapi jika terkadang ia meriwayatkan hadits dari baginda Rasulullah SAW, tubuhnya akan bergetar."
Syaikh Amr bin Maimun berkata, "Setiap hari Kamis, selama setahun, aku selalu hadir di majelis lbnu Mas'ud, dan tidak pernah aku dengar satu ucapan pun yang dinisbatkan kepada baginda Rasulullah SAW."
Pernah Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan hadits baginda Nabi Muhammad SAW, dan hadits tersebut keluar dengan lancar dari lidahnya. Seketika itu pula seluruh tubuhnya bergetar, air matanya menetes, keringat bercucuran dari keningnya, dan urat-uratnya menegang.
Abdullah bin Mas'ud berkata, "lnsya Allah, inilah yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW." Terkadang, Abdullah bin Mas'ud berkata, "Hampir seperti inilah sabda baginda Rasulullah SAW." Juga berkata, "Hadits ini kurang lebih demikian." (dari Kitab Muqaddimah Awjaz dan Musnad Ahmad)
Kitab Kisah-Kisah Sahabat yang ditulis Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi diterbitkan Pustaka Ramadhan menjelaskan demikianlah kehati-hatian para sahabat Nabi Muhammad SAW dalam meriwayatkan hadits baginda Nabi Muhammad SAW.
Sebab Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, buatlah tempat tinggal di Neraka Jahannam."
Karena kekhawatiran itulah, walaupun mereka mengetahui betul apa yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW, mereka tidak begitu saja mengatakan baginda Nabi Muhammad SAW bersabda demikian, karena takut terjerumus dalam kedustaan. Sebaliknya, lihat keadaan kita, tanpa meneliti, kita begitu saja menukil satu hadits tanpa rasa takut sedikit pun. Padahal, periwayatan apapun yang disandarkan kepada beliau memiliki tanggung jawab besar. Dalam urusan filih, Madzhab Hanafi banyak menggunakan riwayat Sayyidina Abdullah bin Mas'ud.