REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu bukti cintanya Allah kepada makhluk adalah memberikan ujian kepadanya. Lantas, alasan apa sebenarnya adanya ujian dan anjuran untuk senantiasa berlaku sabar?
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 155, "Wa lanablu wannakum bishai'im minal khawfi waljuu'i wa naqsim minal amwaali wal anfusi was samaraat; wa bashshiris saabiriin."
Artinya, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Mishbah menjelaskan, ujian atau cobaan yang dihadapi manusia pada hakikatnya adalah sedikit. Sehingga betapapun besarnya, ia sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan ganjaran yang diterima dari Allah SWT.
Ujian yang diberikan Allah adalah sedikit. Kadarnya sedikit bila dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Ia hanya sedikit, sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah.
Prof Quraish menggarisbawahi bahwa ayat sebelum ini mengajarkan tentang sholat dan sabar. Jika demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan sebelum datangnya ujian Allah ini.
Demikian pula ketika ujian itu berlangsung. Itu sebabnya Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui sahabat Nabi Hudzaifah bin Al Yaman bahwa, "Apabila beliau dihadapkan pada suatu kesulitan atau ujian, beliau melaksanakan sholat." Karena itu, pula ayat di atas, menurut Prof Quraish, ditutup dengan perintah, "Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".
Informasi dari Allah tentang ujian ini adalah nikmat besar tersendiri. Sebab dengan mengetahuinya umat Islam dapat mempersiapkan diri menghadapi aneka ujian itu. Karena ujian diperlukan untuk kenaikan tingkat. Ujian itu sendiri baik, yang buruk adalah kegagalan menghadapinya.
Untuk itu, Prof Quraish menjelaskan, Allah memang tidak menjelaskan kapan dan dalam bentuk apa ketakutan terhadap ujian itu. Seperti halnya siswa atau mahasiswa ketika diberi tahu mata pelajaran atau kuliah yang akan diujikan.
Maka, takut menghadapi ujian adalah pintu gerbang kegagalan. Demikian juga ujian-ujian dari Illahi. Misalnya, ujian lapar bukan hal yang buruk. Sisi positifnya, dengan rasa lapar semua makanan menjadi lezat dimakan.
Untuk itu, Allah menyampaikan ujian ini agar manusia siap menghadapinya. Sehingga dia dapat membiasakan diri, tidak makan kecuali lapar dan bila makan tidak kenyang.
Manusia harus berjuang, sebab hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan. Pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Manusia dalam hidupnya pasti menghadapi setan dan para pengikutnya. Maka Allah memerintahkan untuk berjuang menghadapi mereka.