“Dari Qatadah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, beliau menjawab: Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau ditanya lagi tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu”. (HR al-Jama’ah, kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
Namun, sebelum melaksanakan puasa Asyura, disunnahkan untuk melaksanakan puasa Tasua. Berdasarkan hadis: “Ia (Ibnu Abbas berkata); Rasulullah SAW bersabda: Seandainya aku (Rasulullah) masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan”. (HR Ibnu Majah). Meski Nabi Saw telah berniat untuk melakukan puasa pada hari kesembilan, namun Rasulullah SAW belum sempat melaksanakannya karena telah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Dapat disimpulkan puasa Asyura sebaiknya dilaksanakan setelah puasa Tasu’a, karena Nabi Muhammad saw melakukan puasa Asyura pada tanggal ke-10 dan beliau juga berniat untuk berpuasa pada tanggal kesembilan. Menurut Asep, ini adalah pendapat atau cara yang paling kuat.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Buya Yahya menjelaskan di antara bulan Muharram ada satu hari yang sangat istimewa, yaitu 10 Muharram atau Asyura. Akan tetapi, kata dia, akan lebih hebat lagi kalau umat Islam juga berpuasa pada hari kesembilan Muharram sehingga berbeda dengan puasa kaum Yahudi.
“Karena 10 Asyura adalah hari yang dipuasai orang Yahudi, maka ditambah tanggal 9. Kalau tidak bisa tanggal 11. Untung-untungnya tanggal 9, 10, 11 biar dapat pahala double-double. Pahala tanggal 9 untuk berbeda dengan Yahudi, tanggal 10 ayura, dan tanggal 11 biar tiga dalam satu bulan,” jelas Buya Yahya dikutip dari kanal Youtube resmi Al-Bahjah TV.