Selasa 09 May 2023 22:08 WIB

BPIP Beri Pembekalan Pejabat Administrator dan Pengawas Melalui Kuliah Umum

Pejabat Administrator dan Pengawas dinilai strategis dalam pengambilan keputusan.

Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono memberikan kuliah umum kepada Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Foto: Dok. BPIP
Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono memberikan kuliah umum kepada Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (9/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono memberikan kuliah umum kepada Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (9/5/2023). Dalam kuliah umum berjudul 'Etika dan Integritas Kepemimpinan  Pancasila', Karjono menyampaikan bahwa sejatinya Salam Pancasila memiliki ruh salam kebangsaan yang menyatukan Indonesia yaitu Salam Merdeka.

Untuk dapat membekali para pengawas ini, Karjono meminta  para peserta diklat untuk dapat belajar dari para pahlawan bangsa, salah satu contohnya adalah Ki Hajar Dewantara dengan pesannya Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Baca Juga

"Menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan, ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat, dan juga memberikan dorongan moral serta semangat kerja dari belakang," ujar Alumni Wakil Sekretaris MUI dibidang Hukum Perundang Undangan ini, dalam keterangan tertulis.

Pada kuliah umum ini Karjono menekankan peran Pejabat Administrator dan Pengawas merupakan posisi yang sangat strategis dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu wajib hukumnya menjunjung tinggi nilai Pancasila, khususnya bagi pelaksanaan tugas dan fungsi negara dalam melayani masyarakat. Pemimpin saat ini tidak sebatas pada pintar atau juga pandai, akan tetapi juga harus benar.

"Ada beberapa aspek yang harus dimiliki dan dikuasai generasi muda, Tiga aspek itu ialah kemampuan bela negara, revolusi mental, dan pemahaman terhadap empat pilar wawasan kebangsaan," kata Ketua PELTI tersebut.

Karjono menyampaikan, sejatinya Pancasila merupakan satu kesatuan yang lahir pada 1 Juni 1945, piagam jakarta 22 Juni 1945, kemudian menjadi perjanjian luhur bangsa pada sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 sampai dengan ditetapkan peraturan presiden nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Serta, testimoni pelaku sejarah oleh Bung Hatta yang memberikan kuasa kepada Guntur, dan testimoni Dr Radjiman Wediodiningrat, dan pelurusan sejarah oleh AB Kusuma.

Disisi lain, Karjono  memaparkan kondisi masyarakat saat ini terhadap Ideologi Negara. Berdasarkan survei Syaiful Muzani Research and Consulting (SMRC), hanya 64,6 persem responden yang dapat menyebutkan Pancasila secara utuh dan benar, 10,2 persen menyebutkan empat sila dengan benar, 5,1 persen menyebutkan tiga sila dengan benar, 3,9 persen menyebutkan dua sila dengan benar, 3,9 persen menyebutkan satu sila dengan benar, dan yang paling memperihatinkan 12,3 persen responden tidak dapat menyebutkan pancasila dengan benar. 

“Hal ini sangat meprihatinkan, Pancasila adalah Ideologi Bangsa yang seharusnya di internalisasi tiap tiap Warga Negara Indonesia," papar Perancang Undang-undang ahli utama tersebut.

Terakhir, Karjono berpesan kepada para first line manager tersebut resep untuk menjadi Pemimpin. 

"Bapak Ibu harus datang sebelum yang lain datang, dan pulang setelah yang lain pulang, itu yang dilakukan oleh para pucuk pimpinan, kemudian yang terpenting adalah loyal dan profesional, Bapak dan Ibu tempel terus para pimpinan, bekerja sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas, jangan membentur-benturkan loyal dan profesional, itu merupakan satu kesatuan seperti dua sisi mata uang, loyal berarti Bapak dan Ibu tunduk dan patuh terhadap Pimpinan Instansi, Profesional berarti Bapak dan Ibu harus menjaga penuh Integritas dan Kejujuran dalam bekerja, jangan pernah berfikiran membawa satu rupiahpun untuk kepentingan pribadi," ujar Alumni Doktor Hukum Universitas Padjajaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement