Ahad 07 May 2023 19:20 WIB

3 Hadits Nabi Muhammad SAW Ini Jelaskan Penyebab Bolehnya Tayamum

Tayamum menjadi alternatif media bersuci dalam kondisi tertentu

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi tayamum. Tayamum menjadi alternatif media bersuci dalam kondisi tertentu
Foto: Dokumen.
Ilustrasi tayamum. Tayamum menjadi alternatif media bersuci dalam kondisi tertentu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tayamum diperbolehkan bagi orang Islam yang memiliki kondisi khusus terhadap penggunaan air. Apa saja sebab yang menjadi dibolehkannya tayamum?

Abdul Qadir Muhammad Manshur dalam kitab Panduan Shalat An-Nisaa menjelaskan tiga hal yang menjadi sebab dibolehkannya tayamum yaitu sebagai berikut:

Baca Juga

Pertama, suhu yang sangat dingin. Dalam sebuah hadits, Al-Asla’ bin Syarik berkata: 

«كُنْتُ أرْحَلُ ناقَةَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَأصابَتْنِي جَنابَةٌ في لَيْلَةٍ بارِدَةٍ، وأرادَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الرِّحْلَةَ، فَكَرِهْتُ أنْ أرْحَلَ ناقَتَهُ وأنا جُنُبٌ، وخَشِيتُ أنْ أغْتَسِلَ بِالماءِ البارِدِ فَأمُوتَ أوْ أمْرَضَ، فَأمَرْتُ رَجُلًا مِنَ الأنْصارِ فَرَحَلَها، ثُمَّ رَضَفْتُ أحْجارًا فَأسْخَنْتُ بِها ماءً فاغْتَسَلْتُ ثُمَّ لَحِقْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ وأصْحابَهُ، فَقالَ: «يا أسْلَعُ، ما لِي أرى رِحْلَتَكَ تَغَيَّرَتْ»؟ . قُلْتُ: يا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أرْحَلْها، رَحَلَها رَجُلٌ مِنَ الأنْصارِ. قالَ: «ولِمَ»؟ . قُلْتُ: إنِّي أصابَتْنِي جَنابَةٌ، فَخَشِيتُ القُرَّ عَلى نَفْسِي، فَأمَرْتُهُ أنْ يَرْحَلَها، ورَضَفْتُ أحْجارًا فَأسْخَنْتُ بِها ماءً فاغْتَسَلْتُ بِهِ،، فَأنْزَلَ اللَّهُ: ﴿يا أيُّها الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وأنْتُمْ سُكارى حَتّى تَعْلَمُوا ما تَقُولُونَ ولا جُنُبًا إلا عابِرِي سَبِيلٍ﴾ إلى: ﴿إنَّ اللَّهَ كانَ عَفُوًّا غَفُورًا﴾ [النساء»: ٤٣]  

"Aku biasa memasang pelana unta Rasulullah SAW. Pada suatu malam yang sangat dingin, aku terkena janabah, sedangkan Rasulullah SAW ingin melakukan perjalanan.

Aku tidak ingin memasang pelana unta beliau dalam keadaan junub. Tetapi jika harus mandi dengan air, aku takut akan mati atau sakit. Akhirnya aku menyuruh seorang laki-laki dari Anshar untuk memasang pelana unta beliau. Sementara itu aku menata bberapa buah batu, memanaskan air, dan mandi dengannya.

Kemudian aku menyusul Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Beliau pun berkata, 'Wahai Asla’, mengapa aku melihat pelanamu berubah?' Aku berkata, 'Aku tadi terkena janabah. Dan aku takut akan kedinginan. Aku pun menyuruh laki-laki itu untuk memasang pelana untamu. Sementara itu aku menata beberapa buah batu, memanaskan air, dan mandi dengannya.' 

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam Surat An Nisa ayat 43, "Wahai orang yang beriman, janganlah kamu mendekati sholat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekadar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub).

Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Sungguh Allah Mahapemaaf, Mahapengampun." 

Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI

Kedua, sakit. Alqamah meriwayatkan bahwa seorang laki-laki terserang penyakit cacar. Ibnu Masud pun menyuruhnya agar mengambil debu dalam sebuah baskom atau bejana lalu bertayamum dengannya (HR Thabarani).

Ketiga, di tempat tinggal. A'raj meriwayatkan bahwa Umair, budak Ibnu Abbas, pergi bersama Abdullah bin Yasar, budak Maimunah istri Nabi Muhammad hingga tiba di hadapan Abu Juhaim bin Harits bin Shammah Al Anshari. Abu Juhaim pun berkata, "Nabi datang dari arah Bi'ru Jamal dan bertemu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu mengucapkan salam kepada Nabi tetapi beliau tidak menjawab salamnya. Kemudian beliau menghadap ke dinding, lalu mengusap wajah dan kedua tangan beliau, lalu menjawab salam laki-laki itu." (HR Bukhari).  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement