Ahad 23 Apr 2023 18:30 WIB

Berkenalan dengan Pusat Selam Pertama di Sabang

Sebagian pemilik dive centre di Sabang kini pernah bekerja dan berguru di RTD.

Wisatawan melakukan penyelaman di lokasi menyelam Batee Tokong, Sabang, Aceh, Sabtu (9/10/2021).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Wisatawan melakukan penyelaman di lokasi menyelam Batee Tokong, Sabang, Aceh, Sabtu (9/10/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, Rubiah Tirta Divers merupakan pusat selam pertama di Sabang, Aceh, yang berdiri pada tahun 1986. Saat itu masih bernama Stingray Dive Centre. Dari di situ, wisata selam terus tumbuh dan berkembang di wilayah Pulau Weh.

Stingray Dive Centre didirikan oleh Mahyiddin Dodent. Belakangan, sosok ini menerima penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan hidup dari Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada 2010.

Baca Juga

Saat awal membangun pusat selam, Dodent--sapaan akrab Mahyiddin--berbekal tiga tabung oksigen dan masih menempati salah satu ruang bangunan sekolah kawasan Iboih.

Seiring berjalan waktu, Dodent kerap membawa tamu asing untuk menyelam. Pusat selam ini terus berkembang. Dari tiga tabung menjadi 10 tabung, hingga memiliki 15 tabung pada 1989. Bahkan, sudah memiliki bangunan sendiri di lokasi yang ditempati hingga sekarang.

Dodent terus berinovasi untuk dunia selam bisa tumbuh di Sabang. Pada 1992, pria tertubuh tegap itu membuka kelas belajar selam untuk angkatan pertama Stingrey Dive Centre. Baru pada 1999, pusat selam ini berubah nama menjadi Rubiah Tirta Divers. Kelas belajar selam pun masih bertahan hingga sekarang.

"Sebagian pemilik dive centre di Sabang saat ini, mereka pernah bekerja di RTD dan berguru tentang diving di sini," kata Direktur Rubiah Tirta Divers Ismayudi Dodent.

Laut adalah rumah kedua bagi Dodent. Separuh hidupnya didedikasikan untuk konservasi lingkungan hidup laut. Terutama setelah tsunami 2004 silam yang meluluhlantakkan terumbu karang di Sabang. Sejak itu, Dodent bahkan merogoh kocek sendiri untuk membuat program transplantasi karang di kawasan laut Pulau Rubiah, Iboih.

Dedikasi itu pula yang membuat Dodent diberi penghargaan Kalpataru. Setahun menerima penghargaan bergengsi itu, Dodent mengembuskan napas terakhir. Kegiatan transplantasi karang dilanjutkan oleh anak-anaknya bersama RTD dan Yayasan Coral Oasis.

Selain RTD, ada beberapa pusat selam di Sabang, seperti Lumba-Lumba, Pulau Weh Dive Resort, Scubaholic, Scuba Weh, Iboih Dive Center, Monster Divers, Nemo Dive Centre, Mars Resort, Bubble Addict, dan The Pade.

Saat ini, ada sekitar 22 titik lokasi menyelam di Pulau Weh dan memiliki karakteristik berbeda-beda. Beberapa yang paling terkenal seperti Batee Tokong, Arus Balee, Seulako, Canyon, Vulcano, Sophie Rickmers Wreck, Peunateung, dan Rubiah Jetty khusus bagi pengenalan pemula atau intro dive dan menyelam pada malam hari.

"Semua dive site atau spot diving itu Pak Dodent yang menemukannya," kata Ismayudi.

Bisnis wisata menyelam di Pulau Weh Sabang kini mulai berdenyut lagi setelah tiga tahun terkurung pandemi. Saban hari makin banyak didatangi wisatawan lokal maupun asing untuk menyelam, menyapa keanekaragaman biota laut Sabang.

Hingga saat ini sekitar 161 penyelam dari luar negeri yang sudah menyelam di Sabang melalui jasa Rubiah Tirta Divers (RTD), umumnya wisatawan asal Malaysia sebanyak 106 orang. Selebihnya turis Inggris, Rusia, Finlandia, China, Jerman, Hungaria, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain.

Belum lagi dengan wisatawan asing yang menyelam di pusat selam lainnya di kawasan Pulau Weh. Bahkan, daftar tunggu tamu luar negeri yang ingin menyelam bersama RTD juga mencapai sekitar 100 orang lebih, semua dari Malaysia. Tercatat jadwal mereka mulai April hingga September 2023.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement