Serba-Serbi Sholat Witir: Keutamaan, Faedah, dan Rakaat

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 21 Mar 2023 17:45 WIB

 Serba-Serbi Sholat Witir: Keutamaan, Faedah dan Rakaat. Foto:  Sholat. Ilustrasi Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA Serba-Serbi Sholat Witir: Keutamaan, Faedah dan Rakaat. Foto: Sholat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di bulan suci Ramadhan, umat Muslim berlomba-lomba meningkatkan ibadah sholat sunnah pada malam hari. Nabi Muhammad SAW telah memberikan tuntunan kepada umatnya agar menutup shalat malam itu dengan sholat witir.

Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr KH Ahsin Sakho Muhammad menyampaikan, Nabi Muhammad SAW mewajibkan diri beliau untuk melaksanakan shalat witir setiap malam. Nabi SAW mengerjakan sholat witir dengan jumlah rakaat ganjil.

Baca Juga

"Ganjil itu identik dengan jati diri Allah SWT. Jumlah asmaul husna itu 99, bilangan ganjil. Dzikir 33 kali, itu juga ganjil. Allah senang pada yang ganjil," kata Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur'an dan Dewan Penasihat Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid di Arjawinangun Cirebon itu, kepada Republika, Selasa (21/3/2023).

Karena itu, Rasulullah SAW melaksanakan sholat witir untuk menyenangkan Allah SWT dan mengikuti kesenangan-Nya. Ketika seorang Muslim melakukan sesuatu yang dicintai Allah SWT, maka Allah pun senang pada hamba tersebut dan tentu memberinya perhatian.

Ali bin Abu Thalib berkata, "Shalat witir tidak wajib dan tidak pula seperti sholat wajib kalian, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengerjakannya, dan beliau SAW mengatakan, 'Wahai ahli Qur'an, hendaklah kalian sholat witir, sesungguhnya Allah menyukai sholat witir."

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT itu witir dan Dia mencintai yang witir (ganjil)." (HR Bukhari dan Muslim) Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud witir dalam hadits tersebut ialah ganjil.

Kiai Ahsin menjelaskan, sholat witir itu dilaksanakan pada malam hari dengan jumlah rakaat ganjil. Sholat witir boleh dikerjakan dengan satu rakaat, 3 rakaat, dan jumlah lain selama bilangan ganjil. Nabi Muhammad SAW, terangnya, biasa mengerjakan shalat witir dengan 3 rakaat, baik di Ramadhan maupun di luar bulan suci itu.

Sholat witir dikerjakan setelah melaksanakan shalat malam, sebagai penutup sholat malam tersebut. Sholat malam yang dimaksud, di antaranya adalah shalat tarawih, dan sholat tahajud.

Adapun jika mengerjakan shalat witir dengan 3 rakaat, maka boleh dilaksanakan dengan 3 rakaat sekaligus, atau dibagi menjadi 2 rakaat salam dan 1 rakaat salam. Jika shalat witir itu dilakukan secara berjamaah, maka sebaiknya imam sholat memakai rakaat sholat witir yang biasa dikerjakan oleh jamaah setempat.

Ketika seorang Muslim sudah melaksanakan sholat witir di awal malam, misalnya usai shalat tarawih, lalu ia bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud, maka boleh tidak melakukan sholat witir lagi. Artinya, tidak perlu lagi melaksanakan sholat witir untuk kedua kalinya dalam satu malam.

Dari Thalq bin Ali RA, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada dua witir dalam satu malam.'" (HR Ahmad)

Namun, Kiai Ahsin juga menjelaskan, jika seorang Muslim dalam kondisi sudah melaksanakan sholat witir di awal malam, misalnya sudah sholat witir saat melaksanakan shalat tarawih di masjid, lalu mau sholat witir lagi setelah bangun di malam harinya dan sholat malam, maka boleh sholat witir lagi.

Tetapi dengan catatan, ia harus terlebih dulu menggenapkan shalat witir yang telah dilakukan di awal malam. Genapkan dengan satu rakaat, lalu silakan sholat witir lagi. Hal tersebut didasarkan pada riwayat Ibnu Umar RA.

Kiai Ahsin mengingatkan, berbagai perbedaan pendapat dalam ibadah sunnah tidak perlu diperdebatkan. Sebab, ibadah tersebut hukumnya sunnah dan sifatnya fleksibel sehingga bisa disesuaikan dengan keadaan setiap Muslim.

Misalnya, sahabat Abu Bakar RA biasa melaksanakan shalat witir di awal malam karena khawatir tertidur di malam harinya. Sedangkan Umar bin Khattab biasa shalat witir di penghujung malam, setelah mengerjakan sholat malam. "Berbagai hal yang berkaitan dengan sunnah itu mudah, tidak perlu dipertengkarkan," kata Kiai Ahsin.