Ahad 29 Jan 2023 08:56 WIB

Ukraina dan Barat Gelar Pembicaraan Untuk Pasok Rudal Jarak Jauh dan Jet Tempur

Ukraina membutuhkan pasokan rudal jarak jauh dari Barat untuk menghadang Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Petugas membersihkan puing-puing setelah roket Rusia menghantam gedung bertingkat di kota Dnipro, Ukraina, 15 Januari 2023.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Petugas membersihkan puing-puing setelah roket Rusia menghantam gedung bertingkat di kota Dnipro, Ukraina, 15 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, mengatakan, Ukraina dan Barat menggelar pembicaraan 'jalur cepat' tentang kemungkinan pengiriman bantuan rudal jarak jauh dan pesawat militer. Podolyak menambahkan, pendukung Ukraina di Barat memahami bagaimana perang berkembang dan kebutuhan untuk memasok pesawat, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi kendaraan tempur lapis baja yang dijanjikan Amerika Serikat dan Jerman.

Dalam sambutannya kepada saluran video online Freedom, Podolyak mengatakan, beberapa mitra Barat mempertahankan sikap 'konservatif' terhadap pengiriman senjata. Karena khawatir ada perubahan dalam arsitektur internasional.

Baca Juga

"Kita perlu bekerja dengan ini.  Kita harus menunjukkan (mitra kita) gambaran sebenarnya dari perang ini," kata Podolyak, tanpa menyebut nama negara tertentu. 

"Kita harus berbicara secara wajar dan memberi tahu mereka, misalnya, 'Ini (bantuan persenjataan) akan mengurangi korban jiwa, ini akan mengurangi beban infrastruktur, ini akan mengurangi ancaman keamanan ke benua Eropa, ini akan membuat perang tetap terlokalisasi.' Dan kami sedang melakukannya," kata Podolyak.

Podolyak mengatakan Ukraina membutuhkan pasokan rudal jarak jauh dari Barat untuk membatasi alat utama tentara Rusia, dengan menghancurkan gudang tempat menyimpan artileri meriam yang digunakan di garis depan. Pekan lalu, Amerika Serikat dan Jerman sepakat untuk mengirim tank canggih ke Ukraina bersama dengan kendaraan Bradley dan Marder yang dijanjikan sebelumnya. Keputusan ini menuai kritik dari Kremlin, dan beberapa anggota NATO serta Hungaria.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menegaskan, Barat telah menjadi peserta aktif dalam konflik di Ukraina dengan menyediakan bantuan senjata dan uang. Orban menolak mengirim senjata ke Ukraina dan berusaha memblokir dana Uni Eropa yang dialokasikan untuk bantuan militer.

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan akan memanggil duta besar Hungaria terkait pernyataan Orban. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, mengatakan, Orban mengatakan kepada wartawan bahwa Ukraina adalah "tanah tak bertuan" dan membandingkannya dengan Afghanistan.

"Pernyataan seperti itu sama sekali tidak bisa diterima.  Budapest melanjutkan jalurnya untuk dengan sengaja menghancurkan hubungan Ukraina-Hongaria," kata Nikolenko dalam sebuah unggahan di Facebook.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan lampu hijau untuk pegiriman 31 unit tank M1 Abrams ke Ukraina. Langkah ini membalikkan argume Washington bahwa tank tersebut terlalu sulit untuk dioperasikan oleh pasukan Ukraina. Keputusan AS membuat Kanselir Jerman Olaf Scholz setuju untuk mengirim 14 unit tank Leopard 2 

Senjata Barat telah terbukti penting untuk pertahanan Ukraina sekaligus memicu ketegangan yang semakin tinggi dengan Moskow.  Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu (28/1/2023) mengatakan, pasukan Ukraina menggunakan roket HIMARS buatan AS untuk menyerang sebuah rumah sakit di Kota Novoaidar, Ukraina timur, yang menewaskan 14 orang.

Novoaidar terletak di Provinsi Luhansk, yang hampir seluruhnya berada di bawah kendali pasukan Rusia atau separatis yang didukung Rusia.  Kementerian Pertahanan Rusia menuduh rumah sakit itu sengaja dijadikan sasaran. 

"Serangan rudal yang disengaja terhadap lembaga medis sipil yang diketahui beroperasi adalah kejahatan perang besar tanpa syarat dari rezim Kiev" kata Kementerian Pertahanan dikutip kantor berita Rusia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement