Namun, Allah SWT mengajarkan kepada kita agar kita pandai berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi perantara dari kenikmatan Allah SWT tersebut. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Yang tidak termasuk bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak bersyukur kepada manusia. Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah."
Kedua, hal atau keadaan, yaitu kegembiraan karena datangnya nikmat. Di antaranya, gembira karena melihat wujud dari kenikmatan yang datang. Gembira karena melihat manfaat dari kenikmatan yang datang.
Gembira karena memandang kepada pemberian nikmat dari Sang Pemberi nikmat. Kegembiraan hati termasuk unsur syukur.
Ketiga, amal yaitu penggunaan kenikmatan yang telah diterima. Di antaranya untuk menuruti keinginan nafsu yang bukan maksiat. Untuk digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan Sang Pemberi nikmat yaitu Allah SWT. Amal termasuk unsur syukur.
Menurut Syeikh Syubuli, syukur adalah memandang kepada Sang Pemberi nikmat dan tidak memandang kepada kenikmatan. Sebagian ulama berpendapat bahwa kesyukuran orang awam adalah terhadap kebutuhan dasar yaitu makanan, minuman, dan pakaian. Sedangkan kesyukuran orang khusus adalah terhadap hal-hal yang datang pada hati atau jiwa.