Senin 09 Jan 2023 16:03 WIB

Tradisi Bangsa Arab dan Muslim dalam Memberi Hadiah

Hadiah dari bangsawan dan raja selalu dihargai dalam budaya Arab dan Muslim.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
 Lionel Messi dari Argentina (Tengah) menerima jubah tradisional Arab Bisht dari Tamim bin Hamad Al Thani (2-L), Emir Qatar, saat Presiden FIFA Gianni Infantino (kanan) terlihat setelah Final Piala Dunia FIFA 2022 antara Argentina dan Prancis di Lusail stadion, Lusail, Qatar, Ahad, 18 Desember 2022. Tradisi Bangsa Arab dan Muslim dalam Memberi Hadiah
Foto: EPA-EFE/Tolga Bozoglu
Lionel Messi dari Argentina (Tengah) menerima jubah tradisional Arab Bisht dari Tamim bin Hamad Al Thani (2-L), Emir Qatar, saat Presiden FIFA Gianni Infantino (kanan) terlihat setelah Final Piala Dunia FIFA 2022 antara Argentina dan Prancis di Lusail stadion, Lusail, Qatar, Ahad, 18 Desember 2022. Tradisi Bangsa Arab dan Muslim dalam Memberi Hadiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi memberikan hadiah dalam budaya Arab dan Islam begitu kental. Hal itu baru-baru ini nampak dari pemberian bisht kepada Lionel Messi dalam pemberian trofi Piala Dunia 2022.

Dilansir di The New Arab, Jumat (6/1/2023), bisht yang diberikan kepada Messi mungkin tidak berharga lebih dari 2.000 dolar AS, namun fakta seorang pengacara Oman menawar hingga 1 juta dolar AS untuk jubah tersebut mengungkapkan banyak hal tentang status hadiah dalam budaya Arab.

Baca Juga

Alasan kenaikan harga ini sederhana. Bisht tersebut adalah hadiah dari Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani kepada salah satu pesepakbola paling berprestasi selama beberapa generasi itu. Hadiah seperti itu sekarang memperoleh status jubah kehormatan. Namun, pemberian hadiah bukanlah hal baru.

Hadiah dari bangsawan dan raja selalu dihargai dalam budaya Arab dan Muslim. Yang mulia atau raja akan melepas jubahnya sendiri dan mengenakannya pada subjek yang ingin dia hormati. Inilah mengapa disebut Khil'a dalam bahasa Arab, yang berarti 'pakaian yang dilepas'.

Di Timur Tengah kuno, hadiah paling umum yang bisa diberikan oleh seorang bangsawan, pejabat, pangeran atau raja kepada seseorang yang dia kagumi adalah jubah kehormatan. Tindakan atau protokol ini menambah nilai dan kehormatan ekstra pada pakaian karena digunakan untuk menutupi tubuh bangsawan, sehingga merupakan perpanjangan simbolis dari prestise, kebangsawanan, dan otoritas politik atau agamanya. Tradisi ini berlanjut dengan Islam, karena Nabi biasa menerima hadiah dan memberi penghargaan kepada orang yang memberikannya.

Jadi, ketika penyair Ka'ab ibn Zuhair memujinya dalam sebuah puisi, Nabi Muhammad melepas jubahnya sendiri dan menganugerahkannya kepadanya. Sejak itu, Khalifah dan Sultan mendirikan pabrik tekstil kerajaan yang memproduksi jubah khusus dalam berbagai ukuran.

Jubah ini biasanya memiliki benang emas, perak dan sutra, terkadang dihiasi dengan batu mulia. Pada sebuah gambar terkenal yang menampilkan Sultan Mahmoud dari Ghazni (abad ke-10) saat mengenakan Khil'a yang dikirim sebagai hadiah dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad, memberinya persetujuan Kekhalifahan Arab secara simbolis.

Dalam bukunya Picnic of the Amusers and Present of Caliphs, Raja Afdal Abbas Rasuli (abad ke-14/Yaman) mendedikasikan sebuah bab untuk “Tugas Raja terhadap siapa yang memberikan hadiah kepadanya”. Dia menyebutkan berbagai protokol mengenai hadiah yang didedikasikan untuk penguasa, tergantung nilainya.

Penulis menambahkan ada pegawai khusus di istana yang mengurus hadiah. Dia harus memperhatikan hadiah dan mengirim hadiah sebagai balasannya, setelah memberi tahu raja tentang hadiah itu, tidak peduli seberapa besar atau kecil nilai hadiah yang diterima.

Jika kita melihat jenis hadiah kerajaan yang dipertukarkan antara bangsawan atau dengan orang 'biasa' seperti yang diamati dalam koleksi seni Islam, kita menemukan buku-buku berhias, perhiasan, tekstil, artefak, pakaian yang dicat, barang-barang pribadi, barang antik, senjata, dan benda-benda lainnya.

Semua dibuat untuk melakukan fungsi aslinya dengan sempurna, tetapi dengan nilai tambah keindahan artistik yang istimewa. Tentu saja, uang emas dianggap sebagai hadiah terbaik, tetapi ada juga beberapa “hadiah hidup” yang mungkin melebihi nilai semua hadiah.

Baca juga : Diguyur Hujan, Perbukitan Tanah Suci Makkah Mendadak Jadi Hijau

Di dunia abad pertengahan di mana perbudakan dapat diterima, menghadirkan budak yang tampan atau selir yang cantik akan menjadi hadiah utama, terutama jika penerima sudah jatuh cinta padanya. Selain budak, kita tidak boleh melupakan pentingnya menghadiahkan kuda dan bagal, yang pada zaman kita setara dengan mobil.

Hewan peliharaan dan hewan eksotis disajikan untuk persahabatan dan prestise. Secara umum, raja, wazir, dan bangsawan adalah kolektor buku, tidak hanya untuk mendidik diri sendiri tetapi juga untuk menunjukkan diri sebagai pelindung seni, sastra, dan sains. Banyak buku Arab pramodern ditulis atas permintaan pejabat atau didedikasikan untuk mereka, tetapi mereka harus terlihat luar biasa, itulah sebabnya buku-buku itu dicat, disepuh, dan disisipkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement