Jumat 16 Dec 2022 18:45 WIB

Jatim Dilanda 211 Bencana Sepanjang 2022

Jawa Timur dilanda sebanyak 211 bencana sepanjang 2022, tiga daerah yang terbanyak.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas dari Dinas Pertamanan mengoperasikan alat berat untuk membersihkan puing-puing akibat banjir lumpur di Desa Srigading, Lawang, Malang, Jawa Timur. Jawa Timur dilanda sebanyak 211 bencana sepanjang 2022, tiga daerah yang terbanyak.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Petugas dari Dinas Pertamanan mengoperasikan alat berat untuk membersihkan puing-puing akibat banjir lumpur di Desa Srigading, Lawang, Malang, Jawa Timur. Jawa Timur dilanda sebanyak 211 bencana sepanjang 2022, tiga daerah yang terbanyak.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Jatim, Gatot Soebroto mengungkapkan, sepanjang 2022 terjadi 211 bencana di wilayah setempat. Gatot melanjutkan, setidaknua ada tiga daerah di Jatim yang paling banyak terjadi bencana tahun ini.

"Daerah terbanyak terjadi bencana adalah Kabupaten Malang sebanyak 22 kejadian, lalu 21 kejadian di Kabupaten Pasuruan, dan 19 kejadian bencana di Sidoarjo. Tiga daerah itu tiga besar paling sering terjadi bencana tahun ini," kata Gatot, Jumat (16/12/2022).

Baca Juga

Gatot merinci 211 kejadian itu terdiri dari 107 bencana banjir, 78 angin kencang, delapan bencana tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung masing-masing empat kejadian, dan 10 bencana lainnya seperti gempa bumi, gerakan tanah, banjir rob, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Gatot melanjutkan, 107 bencana banjir yang terjadi menyebabkan 11 orang meninggal dunia, 32 orang luka-luka, 3.554 rumah rusak, dan jumlab warga terdampak mencapai 101.131 kepala keluarga (KK).

"Secara komulatif, dari 211 bencana yang terjadi di Jatim pada 2022 ini menurun ketimbang tahun 2021 yang sebanyak 310 kejadian bencana," ujarnya.

Gatot pun meminta warga untuk selalu mewaspadai bencana hidrometeorologi yang masih mengancam Jatim. Bencana ini, kata dia, berhubungan dengan fenomena alam La Nina. Fenomena ini sudah pernah terjadi pada 2021 dan menyebabkan peningkatan curah hujan hingga tujuh puluh persen di seluruh Pulau Jawa.

"Semua kawasan di Jatim berpotensi hujan lebat yang memicu puting beliung dan tanah longsor," ujarnya.

Gatot menerangkan, bencana hidrometeorologi menimbulkan berbagai dampak. Antara lain, dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dampak sosial meliputi hilangnya mata pencaharian dan trauma bagi masyarakat terdampak bencana.

Dampak ekonomi yaitu terganggunya kegiatan perekonomian dan terputusnya alur perekonomian. "Kami (BPBD Jatim) berkolaborasi dengan kabupaten/kota dan relawan akan terus memperkuat untuk menghadapi bencana ini," kata Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement