Mereka telah kerasukan paham materialisme di mana mereka menolak beriman kepada Allah SWT yang gaib.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“ (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS al-Baqarah ayat 3).
Mereka menuntut Nabi Musa agar menampakkan Allah SWT dalam bentuk benda:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya." (QS al-Baqarah ayat 55).
Karena dosa inilah kemudian Allah SWT mengazab Bani Israil dengan sambaran halilintar yang dahsyat.
Bani Israil tidak belajar dari tragedi diruntuhkannya kepemimpinan Firaun. Padahal, mereka melihat langsung dengan mata kepala pada saat Firaun dan pasukannya ditenggelamkan di Laut Merah.
Baca juga: Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
Ketika itu, mereka (Bani Israil bersama Nabi Musa) dikejar-kejar oleh pasukan Fir'aun, lalu Allah membelah Laut Merah menjadi dua bagian. Dengan pertolongan-Nya mereka selamat, sebaliknya Firaun dan pasukannya ditenggelamkan:
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS al-Baqarah ayat 50).
Itu terjadi karena Firaun terlalu sombong sehingga mengaku tuhan. (QS an-Naziat: 24).
Artinya, di atas kekuasaan makluk sehebat apa pun, ada kekuasaan Allah SWT. Karena itu, ketika Anda memimpin harus selalu patuh kepada aturan-Nya.
Sebab, setiap pelanggaran akan mengundang murka-Nya. Dialah Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang Ia kehendaki dan mencabut kekusaan dari siapa yang Dia kehendaki:
لِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“ Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran ayat 26).
*Naskah Dr Amir Faishol Fath MA, pendiri Yayasan Fath Qur’ani Center dan Lembaga Darut Tafsir Fath Institute, tayang di Harian Republika.