Jumat 02 Dec 2022 00:15 WIB

Ada 100 Konflik di Dunia, ICRC: Bantuan Kemanusiaan di 2023 Membesar

Dengan masih banyaknya konflik, kebutuhan bantuan kemanusiaan akan meningkat

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang mengantre saat bantuan kemanusiaan didistribusikan di desa Mykhailo Lukasheve, di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Kamis, 20 Oktober 2022.
Foto: AP/Leo Correa
Orang-orang mengantre saat bantuan kemanusiaan didistribusikan di desa Mykhailo Lukasheve, di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Kamis, 20 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Komite Palang Merah Internasional atau International Committee of the Red Cross (ICRC) mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 100 konflik bersenjata di seluruh dunia. ICRC menilai, dengan masih banyaknya konflik, kebutuhan bantuan kemanusiaan terhadap beberapa negara akan terus meningkat hingga 2023.

ICRC mengungkapkan, saat ini konflik bersenjata menyebar di berbagai wilayah, dari Ukraina hingga Afghanistan dan Somalia. Jutaan warga yang tinggal di negara-negara konflik mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk hidup mereka.

“Ada lebih dari 100 konflik bersenjata di dunia saat ini. Penderitaan warga sipil yang disebabkan oleh konflik ini, dikombinasikan dengan keadaan darurat iklim yang memburuk serta kenaikan harga pangan dan energi, akan menjadikan tahun 2023 sebagai tahun kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar,” kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric, Rabu (30/11/2022).

ICRC memperkirakan, situasi kemanusiaan di Somalia, Ethiopia, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Suriah, Haiti, dan Ukraina akan memburuk secara signifikan tahun depan. Saat ini saja, jutaan warga Ukraina harus bertaruh nyawa menghadapi musim dingin akibat tidak adanya pasokan energi atau listrik. Hal itu karena banyak infrastruktur energi maupun listrik yang hancur dan rusak akibat serangan Rusia.

Sementara itu, kekeringan yang melanda Somalia akan meningkatkan jumlah orang yang kelaparan. Sejak 2021, ICRC mencatat peningkatan 80 persen jumlah anak kurang gizi di Somalia. Mereka dirawat di pusat stabilisasi yang berbasis di Baidoa.

ICRC pun mencemaskan kian memburuknya situasi di Afghanistan, termasuk kondisi ekonomi negara tersebut. ICRC mengungkapkan, di 33 rumah sakit yang mereka dukung di Afghanistan, kasus malnutrisi anak sudah 90 persen lebih tinggi dibandingkan 2021. Sementara itu, di rumah sakit anak yang didukung ICRC di Kabul, jumlah anak balita yang dirawat karena pneumonia meningkat 55 persen tahun ini, dibandingkan periode yang sama pada 2021.

Kemudian di Suriah, konflik sipil yang sudah berlangsung selama 11 tahun telah mengakibatkan banyak infrastruktur sipil negara tersebut hancur. Pasokan air bersih di sana telah menyusut hingga 40 persen akibat rusak atau hancurnya jaringan pipa air. Saat ini Suriah pun sedang menghadapi wabah kolera. Penyakit itu merebak diduga karena rusaknya infrastruktur limbah dan air bersih di sana.

Atas situasi kemanusiaan di berbagai negara tersebut, ICRC meminta 2,9 miliar dolar AS untuk mendanai pekerjaannya pada 2023.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement