Selasa 15 Nov 2022 06:32 WIB

Alquran Berikan Panduan Bagaimana Berdakwah kepada Penguasa Zalim

Berdakwah dengan penguasa zalim harus dengan lemah lembut

Peti Mati Firaun yang Baru Ditemukan (ilustrasi). Berdakwah dengan penguasa zalim harus dengan lemah lembut.
Foto: Arab News
Peti Mati Firaun yang Baru Ditemukan (ilustrasi). Berdakwah dengan penguasa zalim harus dengan lemah lembut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Islam memberikan contoh dan ketentuan dalam berdakwah, termasuk kepada para penguasa zalim, Firaun salah satunya.  

Firaun merupakan contoh penguasa zalim yang namanya sering kali disebutkan dalam Alquran. Puncak kezaliman penguasa Mesir kuno itu adalah klaim dirinya sebagai tuhan. Dia berkata:  أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ (Aku tuhanmu yang paling tinggi)." (QS an-Nazi'at: 24).

Baca Juga

Untuk berdakwah kepada Firaun, Nabi Musa AS diutus oleh Allah Ta'ala. Sang utusan didampingi Nabi Harun AS. 

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

"Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasa an)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Firaun karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut (qawlal layyinan), mudah-mudahan ia sadar atau takut." (QS Taha: 42-44).

Perintah berdakwah dengan lemah-lembut, "qawlal layyinan", adalah cara terbaik untuk menghadapi penguasa yang zalim. Buah atau hasilnya jelas, yakni perubahan kondisi hati dari yang keras menjadi lunak. Yang didakwahi akan tersadar dan kembali bertobat kepada-Nya. 

Surah Ghafir merekam betapa kerasnya hati Firaun yang melebihi batu. Dakwah Nabi Musa tidak hanya ditolak, tetapi juga dihadapkan dengan pelbagai ancaman yang sangat menakutkan. 

Surat tersebut diceritakan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menenangkan hati beliau. Ketika berdakwah kepada masyarakat, Rasulullah SAW menghadapi pula tantangan yang sama.

Dalam surah Ghafir ayat ke-24 disebutkan bahwa Nabi Musa dituduh sebagai tukang sihir dan pen dusta oleh Firaun. Para menteri dan pendukung nya, yang disebut haamaan dan qaaruun, pun ikut meng intimidasi. Mereka berkata, "Saahirun kadzdzaab."

Kata saahirun diucapkan karena mereka tidak mampu menandingi mukjizat Nabi Musa AS yang luar biasa. Dengan mukjizat dari Allah itu, sang rasul berhasil menundukkan para penyihir Firaun, yakni dengan berubahnya tongkat menjadi ular. 

Para penyihir tersebut begitu menyaksikan mukjizat seketika menolak Firaun. Mereka langsung menyatakan beriman kepada Allah. Adapun kata kadzdzaab (pendusta) diucapkan menteri dan pendukung Firaun karena tidak ada cara lain untuk menolak kebenaran Nabi Musa. Itu pun dilakukan mereka guna membodohi rakyat agar tidak beriman. 

Firaun telah melihat, hadirnya Nabi Musa adalah tanda keruntuhan bagi kekuasaannya. Karena itu, dia memvonis semua pengikut sang nabi. Yang laki-laki akan dibunuh, sedangkan kaum perempuannya dibiarkan hidup.

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ ۚ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ

“Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka". Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka).” (QS Al Mu’min/Ghafir ayat 25). 

Firaun lalu sesumbar, dirinya akan membunuh Nabi Musa. Ternyata, ia justru ditenggelamkan oleh Allah SWT di Laut Merah. Demikianlah, sebuah realitas sejarah bahwa kebenaran tidak akan pernah dikalahkan oleh kekuasaan, sehebat apa pun.  

 

*Naskah Motivasi Alquran di bawah asuhan Ustadz Dr Amir Faishol Fath, pakar tafsir Alquran, dai nasional dan CEO Fath Institute. Tayang di Harian Republika. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement