Senin 26 Sep 2022 00:00 WIB

Kemenangan Romawi yang Diabadikan Alquran, Pukulan Telak untuk Musyrik Makkah

Alquran mengabadikan kemenangan Romawi atas Persia

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi pasukan Romawi. Alquran mengabadikan kemenangan Romawi atas Persia
Foto:

Sejarah mencatat bahwa 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya. 

Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi.

Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Makkah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. 

Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Madinah, dia minta agar putra Abu Bakar, yaitu ‘Abdurrahman, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang. Hal ini diterima ‘Abdurrahman.

Pada 624 Masehi, terjadilah Perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, ‘Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang. Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.

Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut, pertama, pada 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Makkah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan ketika Abu Bakar hijrah, sebaliknya ‘Abdurrahman minta jaminan pada saat Ubay akan pergi ke Perang Uhud.

Kedua, peperangan itu berlangsung dari 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi. Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan. 

Pertama, ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah SWT. 

Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antarbangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain.

Orang-orang musyrik Makkah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme.

Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu. 

Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.

Kedua, kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah SWT. Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement